Erdogan melawat ke Teluk untuk redakan krisis Qatar
24 Juli 2017 11:56 WIB
Arsip Foto. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melambai dari dalam mobilnya ketika meninggalkan kediamannya di Istanbul untuk menghadiri upacara pemakaman para korban kudeta yang gagal di mesjid Fatih di Istanbul, Turki, Minggu (17/7/2016). (REUTERS/Yagiz Karahan)
Kuwait City (ANTARA News) - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Minggu (23/7) memulai lawatan penting ke Teluk untuk membantu mengatasi kebuntuan upaya penyelesaian masalah sekutunya, Qatar.
Erdogan, yang negaranya membantu Qatar dalam perselisihan tersebut, melakukan pembicaraan di Jeddah dengan Raja Salman, yang memuji upaya pemimpin Turki itu dalam memerangi terorisme dan pendanaannya" menurut warta kantor berita negara Arab Saudi, SPA.
Ia juga bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman sebelum berangkat ke Kuwait untuk melanjutkan lawatan.
Di Kuwait, Erdogan disambut oleh Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad Al-Sabah, yang telah berusaha menjadi penengah untuk menyelesaikan krisis itu.
Presiden Turki dijadwalkan mengunjungi Qatar pada Senin untuk melakukan pembicaraan tatap muka pertamanya dengan Emir Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani sejak krisis dimulai.
"Tidak ada yang ingin memperpanjang krisis ini lagi," kata Erdogan sebelum meninggalkan Istanbul.
Dia menuduh "para musuh" berupaya "meningkatkan ketegangan antara saudara" di kawasan itu.
Erdogan memuji sikap Qatar dalam krisis itu, mengatakan bahwa Doha telah berusaha menemukan solusi melalui dialog.
"Semoga kunjungan kami akan bermanfaat bagi kawasan," katanya.
Pada 5 Juni, Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab dan Mesir memutuskan hubungan dengan Qatar, menuduhnya mendukung ekstremisme dan menjalin hubungan dengan negara Syiah Iran.
Doha membantah klaim itu dan mendapatkan dukungan besar dari Ankara selama krisis tersebut.
Krisis itu menempatkan Turki pada posisi sulit dan Erdogan berulang kali mengatakan dia ingin melihat sengketa itu berakhir sesegera mungkin.
Dalam beberapa tahun terakhir Qatar menjadi sekutu utama Turki di Timur Tengah, dengan Ankara dan Doha berkoordinasi erat mengenai masalah-masalah seperti konflik Suriah, di mana keduanya menjadi penentang Presiden Bashar al-Assad. Turki juga membangun basis militer di Qatar.
"Sejak awal krisis Qatar, kami terus berada di pihak perdamaian, stabilitas, solidaritas dan dialog," kata Erdogan.
Namun Turki juga sedang menghadapi masa sulit dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat, serta tidak mau merusak hubungannya dengan Arab Saudi.
"Sebagai negarawan lebih tua di kawasan Teluk, Arab Saudi punya peran besar dalam penyelesaian krisis ini," kata Erdogan.
Erdogan juga menyatakan mendukung upaya mediasi emir Kuwait.
Emir Qatar pada Jumat menyatakan dia siap membicarakan penyelesaian sengketa sepanjang kedaulatan emiratnya dihormati, demikian menurut warta kantor berita AFP. (mr)
Erdogan, yang negaranya membantu Qatar dalam perselisihan tersebut, melakukan pembicaraan di Jeddah dengan Raja Salman, yang memuji upaya pemimpin Turki itu dalam memerangi terorisme dan pendanaannya" menurut warta kantor berita negara Arab Saudi, SPA.
Ia juga bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman sebelum berangkat ke Kuwait untuk melanjutkan lawatan.
Di Kuwait, Erdogan disambut oleh Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad Al-Sabah, yang telah berusaha menjadi penengah untuk menyelesaikan krisis itu.
Presiden Turki dijadwalkan mengunjungi Qatar pada Senin untuk melakukan pembicaraan tatap muka pertamanya dengan Emir Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani sejak krisis dimulai.
"Tidak ada yang ingin memperpanjang krisis ini lagi," kata Erdogan sebelum meninggalkan Istanbul.
Dia menuduh "para musuh" berupaya "meningkatkan ketegangan antara saudara" di kawasan itu.
Erdogan memuji sikap Qatar dalam krisis itu, mengatakan bahwa Doha telah berusaha menemukan solusi melalui dialog.
"Semoga kunjungan kami akan bermanfaat bagi kawasan," katanya.
Pada 5 Juni, Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab dan Mesir memutuskan hubungan dengan Qatar, menuduhnya mendukung ekstremisme dan menjalin hubungan dengan negara Syiah Iran.
Doha membantah klaim itu dan mendapatkan dukungan besar dari Ankara selama krisis tersebut.
Krisis itu menempatkan Turki pada posisi sulit dan Erdogan berulang kali mengatakan dia ingin melihat sengketa itu berakhir sesegera mungkin.
Dalam beberapa tahun terakhir Qatar menjadi sekutu utama Turki di Timur Tengah, dengan Ankara dan Doha berkoordinasi erat mengenai masalah-masalah seperti konflik Suriah, di mana keduanya menjadi penentang Presiden Bashar al-Assad. Turki juga membangun basis militer di Qatar.
"Sejak awal krisis Qatar, kami terus berada di pihak perdamaian, stabilitas, solidaritas dan dialog," kata Erdogan.
Namun Turki juga sedang menghadapi masa sulit dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat, serta tidak mau merusak hubungannya dengan Arab Saudi.
"Sebagai negarawan lebih tua di kawasan Teluk, Arab Saudi punya peran besar dalam penyelesaian krisis ini," kata Erdogan.
Erdogan juga menyatakan mendukung upaya mediasi emir Kuwait.
Emir Qatar pada Jumat menyatakan dia siap membicarakan penyelesaian sengketa sepanjang kedaulatan emiratnya dihormati, demikian menurut warta kantor berita AFP. (mr)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017
Tags: