Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, melemah sebesar 12 poin menjadi Rp13.321 dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya pada Rp13.309 per dolar Amerika Serikat (AS).

"Kurs dolar AS menguat menyusul pelaku pasar uang yang kembali melakukan akumulasi setelah mata uang Amerika Serikat itu mengalami tekanan dalam beberapa hari terakhir ini," kata Analis Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra di Jakarta.

Kendati demikian, menurut dia, penguatan mata uang dolar AS itu relatif terbatas sehingga masih terbuka peluang bagi rupiah untuk kembali bergerak ke area positif ke depannya.

Menurut dia, salah stau faktor yang dapat menahan laju dolar AS itu diantaranya kebijakan kesehatan di Amerika Serikat. Untuk kedua kalinya pemerintahan Presiden AS Donald Trump gagal meloloskan UU Kesehatan yang baru guna mengganti UU Kesehatan pemerintahan sebelumnya yang dikenal dengan Obamacare.

Kegagalan tersebut, lanjut dia, juga telah membuat pelaku pasar ragu akan berjalannya rencana-rencana kebijakan Presiden AS Donald Trump selanjutnya.

"Situasi politik di Amerika Serikat yang relatif kurang kondusif itu dapat membuat dolar AS kembali mengalami tekanan dan memberikan keuntungan bagi rupiah," ujarnya.

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa melemahnya rupiah memberikan indikasi sentimen positif dari dalam negeri mengenai surplus neraca perdagangan Indonesia serta pengelolaan utang negara yang masih dianggap aman oleh pemerintah mulai meredup.

Meski demikian, ia mengharapkan bahwa sentimen dari dalam negeri itu kembali direspon positif pasar sehingga menahan depresiasi rupiah untuk masuk ke dalam tren pelemahan lebih dalam.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu ini (19/7) rupiah berada pada Rp13.304 per dolar AS, lebih kuat dari sebelumnya (Selasa, 18/7) Rp13.314 per dolar AS.