Belasan penerbangan tertunda setelah penutupan bandara
18 Juli 2017 15:35 WIB
Petugas mengevakuasi pesawat kargo jenis boeing 737-301F dengan kode lambung PK-YGG milik maskapai penerbangan Tri-MG Asia Airlines yang tergelincir di Bandara Wamena, Wamena, Papua, Selasa (18/7/2017). (ANTARA/Iwan Adisaputra)
Wamena (ANTARA News) - Sekitar 14 penerbangan dari dan tujuan Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua tertunda selama tiga jam setelah pihak Bandar Udara (Bandara) Wamena menutup akses akibat tergelincirnya pesawat Tri M.G Asia Airlines di landasan pacu, Selasa siang.
"Tadi rata-rata baru flight satu-dua. Kalau masih tiga-empat dikalikan kurang lebih enam-tujuh perusahaan penerbangan yang beroperasi berarti cukup banyak yang terhambat," kata Palaksana Harian Kepala Bandar Wamena Eddy Hallatu di Wamena, Ibu Kota Kabupaten Jayawijaya, Selasa.
Eddy mengatakan pesawat dari Mimika tujuan Wamena itu tergelincir pukul 12:49 WIT, sehingga pada pukul 13:00 WIT akses ke bandara sudah ditutup dan baru dibuka pada pukul 15:20 waktu setempat.
"Kita buka sampai pukul 17:30 WIT, kita coba toleransi melewati jam operasional yaitu jam 4:00 WIT," katanya.
Kronologi pesawat tergelincir, kata dia, terjadi setelah jarak 340 meter dari lokasi pendaratan awal dan langsung pesawat miring ke arah kiri dan keluar landasan pacu.
"Kurang lebih dari ujung landasan pacu 15 itu berkisar 1.300 meter pesawat berhenti," katanya.
Kondisi pesawat rusak berat karena dua ban kiri bersama penyangga ban lepas dari badan pesawat, dan sayap kiri patah.
"Terkait penyebabnya kami masih tunggu tim dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk mengecek penyebab insiden ini," katanya.
Ia juga mengatakan pihak bandara telah mengeluarkan muatan pesawat nahas tersebut untuk ditimbang ulang apakah melebihi kapasitas muat atau tidak.
"Lima awak pesawat semua baik-baik. Kapten Penerbangan Pa Tatan, Co Pilot warga negara Korea Selatan Qihali. Terkait penumpang yang katanya anggota polisi saya belum dapat informasi dari pihak Tri M.G, tetapi kami akan cek lagi," katanya.
Menurut dia, letak badan pesawat yang berada di pinggiran landasan pacu tidak menghambat penerbangan.
"Terkait evakuasi badan pesawat, untuk sementara masih tetap di kondisinya sampai tim KNKT turun untuk pemeriksaan setelah itu baru kita bisa evakuasi," katanya.
"Tadi rata-rata baru flight satu-dua. Kalau masih tiga-empat dikalikan kurang lebih enam-tujuh perusahaan penerbangan yang beroperasi berarti cukup banyak yang terhambat," kata Palaksana Harian Kepala Bandar Wamena Eddy Hallatu di Wamena, Ibu Kota Kabupaten Jayawijaya, Selasa.
Eddy mengatakan pesawat dari Mimika tujuan Wamena itu tergelincir pukul 12:49 WIT, sehingga pada pukul 13:00 WIT akses ke bandara sudah ditutup dan baru dibuka pada pukul 15:20 waktu setempat.
"Kita buka sampai pukul 17:30 WIT, kita coba toleransi melewati jam operasional yaitu jam 4:00 WIT," katanya.
Kronologi pesawat tergelincir, kata dia, terjadi setelah jarak 340 meter dari lokasi pendaratan awal dan langsung pesawat miring ke arah kiri dan keluar landasan pacu.
"Kurang lebih dari ujung landasan pacu 15 itu berkisar 1.300 meter pesawat berhenti," katanya.
Kondisi pesawat rusak berat karena dua ban kiri bersama penyangga ban lepas dari badan pesawat, dan sayap kiri patah.
"Terkait penyebabnya kami masih tunggu tim dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk mengecek penyebab insiden ini," katanya.
Ia juga mengatakan pihak bandara telah mengeluarkan muatan pesawat nahas tersebut untuk ditimbang ulang apakah melebihi kapasitas muat atau tidak.
"Lima awak pesawat semua baik-baik. Kapten Penerbangan Pa Tatan, Co Pilot warga negara Korea Selatan Qihali. Terkait penumpang yang katanya anggota polisi saya belum dapat informasi dari pihak Tri M.G, tetapi kami akan cek lagi," katanya.
Menurut dia, letak badan pesawat yang berada di pinggiran landasan pacu tidak menghambat penerbangan.
"Terkait evakuasi badan pesawat, untuk sementara masih tetap di kondisinya sampai tim KNKT turun untuk pemeriksaan setelah itu baru kita bisa evakuasi," katanya.
Pewarta: Marius Frisson Yewun
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017
Tags: