Jakarta (ANTARA News) - Aksi bully kembali terjadi. Kali ini korbannya diketahui merupakan mahasiswa berkebutuhan khusus. Mengapa kejadian ini bahkan bisa terjadi pada seorang mahasiswa?




Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asrorun Ni'am Sholeh menilai tindakan bullying ini sebagai pertanda rendahnya sensitivitas dan empati di kalangan pelajar.




"Perlakuan itu menunjukkan rendahnya sensitivitas, takut prinsip kesetaraan," ujar dia kepada ANTARA News dalam pesan eletroniknya, Senin.




Asrorun berpendapat perlunya empati dalam membangun persahabatan disertai semangat kesetaraan dan antidiskriminasi.




"Perlu diasah terus melalui pendidikan karakter. Inilah PR besar dalam upaya revolusi mental. Di samping itu, juga soal literasi penggunaan media sosial," kata dia.




Pendidikan karakter yang dibarengi pendidikan agama ini, sambung Asrorun harus dimulai dari dasar hingga perguruan tinggi.




Terkuaknya kembali kasus bullying ini setelah sebuah video memperlihatkan seorang mahasiswa dibully oleh rekan-rekannya viral sejak pekan lalu




Menurut kabar, korban merupakan mahasiswa sebuah universitas swasta di kawasan Depok dan dia berkebutuhan khusus.




Dalam video itu sekelompok orang tampak menahan laju seorang pria berjaket abu-abu dengan menarik tas ranselnya. Korban tidak bisa berjalan karena tindakan itu.




Karena kesal, korban akhirnya melempar tempat sampah ke arah orang yang mengganggunya.




Di sisi lain, orang-orang di sekitarnya tak terlihat membantu korban, mereka hanya diam terpaku. Sebagian bahkan terdengar meneriaki korban.