Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin pagi, bergerak menguat menjadi Rp13.315 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.339 per dolar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, mengatakan penguatan kurs rupiah berlanjut seiring dengan prospek surplus neraca perdagangan Indonesia yang akan kembali naik.

"Bank Indonesia melihat surplus neraca perdagangan Indonesia pada Juni akan mencapai 1,4 miliar dolar AS," paparnya.

Berdasarkan data Bank Indonesia, neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2017 mencatatkan surplus 0,47 miliar dolar AS.

Ia menambahkan, dolar AS juga cenderung melemah terhadap mata uang di kawasan Asia menyusul inflasi produsen Amerika Serikat yang diumumkan melambat. Inflasi Amerika Serikat melambat menjadi ke 1,6 persen pada Juni 2017

"Situasi itu cukup untuk membuat dolar AS kembali turun dalam bersamaan dengan yield obligasi AS," katanya. .

Kendati demikian, lanjut dia, potensi penguatan rupiah bisa tertahan jika bank sentral Eropa (ECB) kembali menegaskan pengurangan stimulusnya.

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menuturkan, The Fed yang tidak akan agresif dalam menaikkan suku bunganya membuat aset berdenominasi mata uang berkembang seperti rupiah mengalami apresiasi.

"Inflasi Amerika Serikat yang melambat memperkuat pandangan bahwa the Fed tidak akan agresif menaikkan suku bunga acuan dalam waktu cepat sehingga berimbas pada kurs rupiah," katanya.