Jokowi: Dzikir buka peringatan kemerdekaan Indonesia
13 Juli 2017 21:30 WIB
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan pada Halaqah Nasional Alim Ulama di Jakarta, Kamis (13/7/2017). Selain untuk bersilaturahmi, Halaqah Nasional Alim Ulama juga bertujuan untuk mendeklarasikan Majelis Dzikir Hubbul Wathon yang nantinya diharapkan dapat bermanfaat untuk umat, bangsa, dan negara. (ANTARA /Rivan Awal Lingga)
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo mengungkapkan dzikir yang dilakukan oleh Majelis Dzikir Hubbul Wathon menjadi pembuka rangkaian acara peringatan hari kemerdekaan Indonesia di halaman Istana Merdeka.
(Baca: Ma`ruf Amin: Dialog-dzikir untuk satukan bangsa)
"Saya sampaikan bahwa nanti di bulan Agustus ada rangkaian acara-acara dalam rangka ulang tahun proklamasi kemerdekaan negara kita Indonesia, saya memohon agar Majlis Dzikir Hubllul Wathon membuka di tanggal 1 Agustusnya," kata Presiden Joko Widodo dalam Halaqah Nasional Alim Ulama Mejelis Dzikir Hubbul Wathon di Jakarta, Kamis.
Halaqah Nasional Alim Ulama yang mengangkat tema "Memperkokoh Landasan Keislaman Nasionalisme Indonesia" dihadiri oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia yang juga Rais Aam PBNU Maruf Amin, ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj, Kyai Haji Maemum Zubair, Kepala Badan Intelijen Negara Budi Gunawan serta sekitar 700 ulama dari berbagai Indonesia.
Presiden Joko Widodo yang juga Dewan Pembina Majelis Dzikir Hubblul Wathon tersebut menegaskan bahwa majelis tersebut dapat menjadi forum untuk silaturahmi agar ulama dan umaroh benar-benar berjalan beriringan.
"Saya serahkan ke bapak-bapak kyai acaranya nanti apakah dalam bentuk dzikir akbar atau isghasah. Kami ingin agar acara besar itu ada di depan istana, di halaman istana karena setelah itu ada acara berikutnya. (Dilaksanakan) pagi silakan, siang silakan tapi panas, atau malam silakan kami serahkan kepada panitia," ungkap Presiden.
Presiden juga mengaku bahwa dalam setiap perjalanannya keluar negeri, banyak pemimpin kepala negara dan pemerintahan kagum dengan kemampuan Indonesia mengelola kerukunan dalam keberagaman.
"Saya pernah dari Aceh langsung ke Wamena hanya berhenti di Kalimantan dan Maluku, saya hitung kalau terus saya (dari Aceh sampai Wamena) itu 9,5 jam. Betapa negara kita sangat besar sekali, tidak ada negara sebesar kita dengan pulau sebesar itu dan sampai sekarang negara kita masih dalam keadaan alhamdulillah masih baik," ungkap Presiden.
Artinya menurut Presiden, Indonesia dapat menjadi rujukan, contoh, "role model" bagi negara-negara lain.
"Jadi kalau ada keberagamannya, bila ada gesekan tidak apa-apalah namanya orang hidup, kalau lurus-lurus saja tidak menarik, tapi gesekan sedikit-sedikit jangan melebar ke mana-mana," tambah Presiden.
(Baca: Ma`ruf Amin: Dialog-dzikir untuk satukan bangsa)
"Saya sampaikan bahwa nanti di bulan Agustus ada rangkaian acara-acara dalam rangka ulang tahun proklamasi kemerdekaan negara kita Indonesia, saya memohon agar Majlis Dzikir Hubllul Wathon membuka di tanggal 1 Agustusnya," kata Presiden Joko Widodo dalam Halaqah Nasional Alim Ulama Mejelis Dzikir Hubbul Wathon di Jakarta, Kamis.
Halaqah Nasional Alim Ulama yang mengangkat tema "Memperkokoh Landasan Keislaman Nasionalisme Indonesia" dihadiri oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia yang juga Rais Aam PBNU Maruf Amin, ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj, Kyai Haji Maemum Zubair, Kepala Badan Intelijen Negara Budi Gunawan serta sekitar 700 ulama dari berbagai Indonesia.
Presiden Joko Widodo yang juga Dewan Pembina Majelis Dzikir Hubblul Wathon tersebut menegaskan bahwa majelis tersebut dapat menjadi forum untuk silaturahmi agar ulama dan umaroh benar-benar berjalan beriringan.
"Saya serahkan ke bapak-bapak kyai acaranya nanti apakah dalam bentuk dzikir akbar atau isghasah. Kami ingin agar acara besar itu ada di depan istana, di halaman istana karena setelah itu ada acara berikutnya. (Dilaksanakan) pagi silakan, siang silakan tapi panas, atau malam silakan kami serahkan kepada panitia," ungkap Presiden.
Presiden juga mengaku bahwa dalam setiap perjalanannya keluar negeri, banyak pemimpin kepala negara dan pemerintahan kagum dengan kemampuan Indonesia mengelola kerukunan dalam keberagaman.
"Saya pernah dari Aceh langsung ke Wamena hanya berhenti di Kalimantan dan Maluku, saya hitung kalau terus saya (dari Aceh sampai Wamena) itu 9,5 jam. Betapa negara kita sangat besar sekali, tidak ada negara sebesar kita dengan pulau sebesar itu dan sampai sekarang negara kita masih dalam keadaan alhamdulillah masih baik," ungkap Presiden.
Artinya menurut Presiden, Indonesia dapat menjadi rujukan, contoh, "role model" bagi negara-negara lain.
"Jadi kalau ada keberagamannya, bila ada gesekan tidak apa-apalah namanya orang hidup, kalau lurus-lurus saja tidak menarik, tapi gesekan sedikit-sedikit jangan melebar ke mana-mana," tambah Presiden.
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: