Jakarta (ANTARA News) - Pakar tata kota Universitas Trisakti Yayat Supriatna mengatakan ibu kota baru yang akan dibangun harus bisa mencerminkan kebhinnekatunggalikaan Indonesia, yaitu wajah Indonesia yang majemuk tetapi bersatu dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Ibu kota baru harus bisa menjadi pemersatu. Menunjukkan rasa Indonesia yang harmonis dan toleran begitu seseorang masuk ke kota tersebut," kata Yayat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Karena itu, Yayat berharap di ibu kota baru yang akan dibangun itu terdapat simbol-simbol kebhinnekatunggalikaan yang terwakili dengan bentuk bangunan dan fasilitas-fasilitas yang ada.
"Ibu kota baru harus memiliki identitas yang khas, termasuk gedung-gedung kementerian. Identitas dan kekhasan kementerian harus bisa terlihat dari gedung-gedung yang akan dibangun, misalnya seperti gedung Departemen Pertahanan Amerika Serikat yang disebut Pentagon karena berbentuk persegi lima," tuturnya.
Selain itu, Yayat berpendapat ibu kota baru yang akan dibangun juga harus bisa menjadi rujukan bagi kota-kota lain di Indonesia, misalnya dalam pengelolaan transportasi, lingkungan atau limbahnya.
Sebagai ibu kota yang menjadi rujukan kota-kota lain, kota tersebut harus memiliki pengelolaan limbah dan air baku yang terintegrasi. Gedung-gedungnya dibangun secara modern, tetapi mengajarkan efisiensi.
"Ibu kota baru harus memiliki situasi yang ramah bagi manusia maupun lingkungan ekosistem di sekitarnya. Manusia yang tinggal di ibu kota baru harus bisa sehat jasmani dan rohani, tidak stres seperti di Jakarta," katanya.
Pakar: Ibu kota baru harus cerminkan kebhinnekatunggalikaan
13 Juli 2017 17:47 WIB
Dokumentasi: Patung Gunakan Masker Empat patung Keluarga Berencana (KB) mengenakan masker di Jalan S Parman, Palangkaraya, Kalteng. (ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang) ()
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: