Identitas penjual tulisan tangan Mao masih misterius
Seorang siswa memasang selendang merah pada patung mendiang Pemimpin Tiongkok Mao Zedong di Plasa Patung Pahlawan Tiongkok, yang memajang pahlawan Perang Perlawanan terhadap Jepang, di Klaster Museum Jianchuan, di Anren, provinsi Sichuan, Tiongkok, Jumat (13/5/2016). Berada di barat daya provinsi Sichuan, seorang kolektor pribadi sendirian memamerkan peninggalan Revolusi Budaya 1966-76. Hari Senin merupakan peringatan 50 tahun dimulainya pergerakan politik, tanpa ada rencana perayaan resmi. Data resmi menutupi kesalahan detil kedua periode, tetapi mengakui bahwa Mao melakukan kesalahan besar. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)
Catatan itu ditulis pada 1975 atau satu tahun sebelum meninggalnya Mao yang ditujukan kepada seorang profesor yang direkrut mantan pemimpin revolusi komunis China tersebut.
Tulisan tangan tersebut terjual di pasar lelang Sothebys di London setelah melalui 10 kali putaran penawaran harga, demikian koran milik partai berkuasa di China yang dipantau Antara di Beijing, Kamis.
Pembelinya ternyata seorang kolektor dari China sebagaimana dilaporkan oleh BBC.
Walau begitu, Liu Yang, pengacara spesialis benda-benda peninggalan budaya yang mendapatkan tugas menyelamatkan benda peninggalan China di luar negeri mengatakan bahwa barang-barang peninggalan Mao sangat penting bagi sejarah China dan hanya bisa dimiliki oleh pemerintah China setelah yang bersangkutan mangkat.
Liu menganggap penjualan benda bersejarah di pasar lelang tersebut sebagai tindakan ilegal, demikian laporan The Global Times.
Seorang pakar lelang buku dan manuskrip sebagaimana dilaporkan BBC mengatakan bahwa naskah yang ditulis sendiri oleh Mao merupakan barang langka sehingga sangat sulit ditaksir harganya pada pembukaan lelang.
Tingginya harga lelang bisa meningkatkan popularitas selebritas surat dan catatan di pasar lelang.
Catatan pesan yang ditulis mantan Perdana Menteri China Zhou Enlai kepada mantan pemimpin China Deng Xiaoping yang berisi 14 karakter Mandarin telah laku senilai 862.500 RMB (Rp1,68 miliar) di pasar lelang Shaoxing, Provinsi Zhejiang, pada 2015.
"Harga koleksi Si Merah tersebut bisa jadi terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir," kata Ni Fangliu, pakar arkeologi dari Nanjing, Provinsi Jiangsu.
Koleksi Zhou itu disebut "Si Merah" dengan merujuk beberapa artefak bersejarah seperti Buku Kecil Merah, lencana Mao, memorabilia, patung, dan poster yang menggambarkan perkembangan Republik Rakyat China dari 1949 hingga 1979.
Ni menyebutkan bahwa pasar lelang makin terkenal setelah meninggalnya generasi tua ternyata dapat menumbuhkan semangat bernostalgia rakyat China.
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017