Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan skema pipa virtual atau "virtual pipeline" untuk distribusi gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) mulai dibangun pada 2018.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja mengatakan pemerintah tengah menunggu hasil kajian dari perusahaan yang akan membangun pipa virtual tersebut, yakni PT Pertamina, PT Perusahaan Gas Negara (PGN), dan PT PLN.

"Kita sekarang sedang dalam progres. Pertamina sedang melakukan studi, demikian juga PLN dan PGN. Studi mana yang paling optimum. Kita berharap tahun depan sudah implementasi," kata Wirat usai membuka acara Gas Indonesia Summit and Exhibition (GIS) 2017 di Jakarta, Rabu (12/7).

Ada pun skema pipa virtual adalah sistem penyaluran gas dari gas alam cair melalui kapal vessel LNG yang menghubungkan antarpulau di Indonesia.

Wirat mengatakan banyak investor yang sudah tertarik dengan pembangunan pipa virtual yang memakan dana total infrastruktur tersebut sebesar 48 miliar dolar AS hingga 2030 mendatang.

Pembangunan pipa virtual akan dibagi dalam 4 "cluster" di wilayah yang belum memiliki infrastruktur gas, yaitu Cluster I mencakup wilayah Papua dan Papua Barat dengan kebutuhan gas mencapai 427 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

Cluster II mencakup wilayah Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara dengan kebutuhan gas mencapai 290 MMSCFD. Cluster III berada di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan dengan kebutuhan gas 284 MMSCFD.

Selanjutnya, Cluster IV berada di Kepulauan Natuna dan Kalimantan Barat dengan kebutuhan gas 50 MMSCFD.

Wirat menilai sistem penyaluran gas menggunakan pipa virtual ini akan membuat rantai pasokan lebih efektif sehingga harga gas LNG menjadi lebih efisien.