Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden M. Jusuf Kalla (JK) berpendapat bahwa provokasi siber melalui meneruskan (forward) berbagai informasi di media sosial menjadi tantangan terbesar yang dihadapi Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) saat ini dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, terutama di daerah.

"Kita harus siap dengan upaya melawan provokasi siber dengan juga mem-forward segala macam penjelasan tentang kejadian yang sebenarnya," ujar Wapres dalam kuliah umum bagi peserta Program Pendidikan Sekolah Pimpinan Menengah (Sespimmen) Polri di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Selasa.

Wapres kemudian mencontohkan provokasi kelompok ekstremis dan radikal, seperti ISIS dari media sosial yang mempengaruhi pemuda Indonesia untuk berjihad dengan pemahaman keliru sehingga melawan polisi, antara lain insiden bom di Kampung Melayu, Jakarta Timur, dan penusukan anggota polisi di Jakarta Selatan.

"Saya juga baca yang bikin bom di Bandung. Dia tidak ada yang ngajarin. Dia hanya lihat dari Internet. Tidak perlu lagi orang kursus. Tinggal buka Internet, maka jadilah bom. Nah, kalau Anda tidak menguasai teknologi, seperti itu, Anda tidak bisa menyelesaikan persoalan di daerah," katanya.

Menurut Wapres JK, Polri sebagai garda terdepan dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat akan menjadi pihak pertama yang dicari saat terjadi masalah di suatu daerah, terlebih lagi dengan kecepatan penyebaran kabar bohong (hoax) yang sangat cepat melalui media sosial maupun grup obrolan, seperti aplikasi WhatsApp (WA).

"Kalau Anda lamban, maka kepercayaan orang kepada WA yang tadi hoax jadi tambah besar karena tantangan Anda hari ini berbeda dengan tantangan perwira-perwira polisi 20 tahun lalu," kata Wapres.

Oleh karena itu, Wapres berharap Sespimmen Polri juga menguatkan pembelajaran teknologi informasi kepada para calon pimpinan polisi di tingkat kepolisian sektor dan resor daerah.

"Tantangan sekarang kecepatan yang hanya bisa dilawan oleh kecepatan juga. Begitu Anda ketiduran dan tidak menjelaskan itu ke rakyat, maka konflik terjadi. Itu terjadi di seluruh dunia," katanya.

Kuliah umum Wapres M. Jusuf Kalla tentang mengatasi konflik sosial tersebut dihadiri 246 peserta Sispimmnas Polri, termasuk empat peserta warga negara asing, yakni dua anggota kepolisian Fiji, seorang dari Singapura dan seorang personel kepolisian Timor Leste.