Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta, Senin sore, bergerak menguat tipis senilai enam poin menjadi Rp13.392 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.398 per dolar Amerika Serikat (AS).

"Kurs rupiah terapresiasi terhadap dolar AS meski tipis. Belum adanya sinyal positif yang signifikan membuat pergerakan rupiah menjadi terbatas," kata analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jkarta, Senin.

Kekhawatiran pelaku pasar uang terhadap melebarnya defisit anggaran, menurut dia, menjadi salah satu faktor yang menahan apresiasi rupiah lebih tinggi.

Dalam nota keuangan yang disampaikan Pemerintah RI kepada DPR, pemerintah mematok defisit anggaran dalam RAPBN-P mencapai Rp397,2 triliun atau 2,92 persen dari produk domestik bruto (PDB).

"Kondisi itu memunculkan persepsi negatif pada pelaku pasar uang dan berimbas pada fluktuasi rupiah di pasar valas," katanya.

Ia mengharapkan bahwa cadangan devisa Indonesia yang masih berada berada di atas standar kecukupan internasional sekira tiga bulan impor dapat menjaga kepercayaan pelaku pasar uang untuk tetap berinvestasi di dalam negeri.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menambahkan bahwa posisi cadangan devisa Indonesia pada Juni 2017 tercatat turun 1,86 miliar dolar AS menjadi 123,09 miliar dolar AS karena kebutuhan likuiditas valas perbankan dalam menghadapi libur panjang Lebaran dan bersifat berjaga-jaga.

"Kendati terjadi penurunan, tetapi posisi itu masih sangat aman, mencapai 8,9 bulan impor dan 8,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Nilai tukar rupiah juga relatif stabil," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin ini (10/7) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.408 dibandingkan hari sebelumnya (Jumat, 7/7) Rp13.397 per dolar AS.