Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian meminta industri makanan dan minuman dalam negeri untuk menggenjot ekspor guna mengantisipasi turunnya pertumbuhan industri tersebut pada semester II 2017.




"Kita dorong ekspor, saya lihat porsi ekspor di beberapa perusahaan sudah semakin meningkat," kata Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto di Jakarta, Senin.




Panggah menyampaikan, proyeksi pertumbuhan industri makanan dan minuman pada semester II Tahun 2017 akan lebih rendah dibandingkan pada semester I. Hal ini disebabkan momen Ramadhan dan Lebaran sudah terjadi di semester I.




"Di semester I akan lebih tinggi dan semester II akan turun. Data yang ada, triwulan I itu pertumbuhan 8,6 persen, tapi belum masuk Lebaran. Triwulan II akan naik, triwulan III turun dan triwulan IV akan naik sedikit," ungkap Panggah.




Menurut Panggah, beberapa industri akan melakukan ekspansi usaha sepanjang 2017, seperti Mayora, Garuda Food dan Coca Cola, namun dampaknya baru akan terasa pada 2018.




Dengan kondisi demikian, Panggah menyampaikan bahwa pertumbuhan industri makanan dan minuman hingga akhir 2017 diprediksi mencapai 7 persen.




"Kesempatan mengejar pertumbuhan di Natal. Pertumbuhan antara 7-8 persen, karena lebarannya sudah di semester I," pungkasnya.




Diketahui, sektor industri makanan dan minuman menjadi motor pertumbuhan industri pengolahan non-migas pada 2017 yang ditargetkan tumbuh 5,3-5,6 persen, lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1-5,4 persen.




Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah optimis kondisi perekonomian nasional akan lebih stabil dan membaik, sehingga menumbuhkan iklim investasi yang kondusif bagi sektor industri.




Airlangga menyampaikan, sektor makanan dan minuman diproyeksikan tumbuh 7,5-7,8 persen pada 2017, lebih rendah dibandingkan 2016 yang angkanya mencapai 8,2-8,5 persen dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian yang ada.