Cadangan devisa turun 1,86 miliar dolar akhir Juni
8 Juli 2017 04:50 WIB
Petugas mengangkut tumpukan uang kertas pada bagian pelayanan perkasan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Timur di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (7/6/2017). Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) Jawa Timur, kebutuhan uang pada periode Ramadan dan Idul Fitri 1438 H di Jatim sebanyak Rp15,5 triliun. (ANTARA/Moch Asim) ()
Jakarta (ANTARA News) - Cadangan devisa Indonesia turun 1,86 miliar dolar AS menjadi 123,09 miliar dolar AS pada akhir Juni 2017 dari Mei 2017 sebesar 124,95 miliar dolar AS, karena penarikan likuiditas valuta asing oleh perbankan untuk kebutuhan libur panjang Lebaran 2017.
Namun, Bank Indonesia menilai penurunan devisa tersebut hanya sementara karena kebutuhan perbankan terhadap likuiditas valas selama Juni 2017 hanya untuk berjaga-jaga, kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat.
"Jumlah cadangan devisa pada akhir Juni 2017 masih kuat untuk membiayai 8,9 bulan impor, atau 8,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor," kata Tirta.
Otoritas moneter memandang ke depannya cadangan devisa akan kembali menggeliat naik seiring telah diraihnya peringkat layak investasi (investment grade) dari tiga lembaga pemeringkat global paling terkemuka yakni Fitch, Moodys Service dan Standard and Poors.
Di sisi lain, kondisi pasar keuangan global yang kondusif juga diharapkan meningkatkan cadangan devisa demi terjaganya ketahanan sektor eksternal.
"Bank Sentral akan menjaga kecukupan cadangan devisa agar terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," tukas Tirta.
Namun, Bank Indonesia menilai penurunan devisa tersebut hanya sementara karena kebutuhan perbankan terhadap likuiditas valas selama Juni 2017 hanya untuk berjaga-jaga, kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat.
"Jumlah cadangan devisa pada akhir Juni 2017 masih kuat untuk membiayai 8,9 bulan impor, atau 8,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor," kata Tirta.
Otoritas moneter memandang ke depannya cadangan devisa akan kembali menggeliat naik seiring telah diraihnya peringkat layak investasi (investment grade) dari tiga lembaga pemeringkat global paling terkemuka yakni Fitch, Moodys Service dan Standard and Poors.
Di sisi lain, kondisi pasar keuangan global yang kondusif juga diharapkan meningkatkan cadangan devisa demi terjaganya ketahanan sektor eksternal.
"Bank Sentral akan menjaga kecukupan cadangan devisa agar terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," tukas Tirta.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017
Tags: