Bandung (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) memilih lima provinsi menjadi objek survei untuk menjaga kesinambungan dan memperkaya data ekonomi kreatif Indonesia, yakni Jawa Barat, Sumatera Utara, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.

"Lima provinsi itu semua sudah bisa dijadikan contoh, sampel yang mendekati sangat akurat untuk mewakili seluruh Indonesia," kata Kepala Bekraf Triawan Munaf kepada wartawan di Bandung, Jawa Barat, Kamis.

Ia memaparkan pemilihan kelima provinsi tersebut berdasar pada pertumbuhan ekonomi kreatif (ekraf) di masing-masing provinsi yang dinilai layak dijadikan contoh dan ekonomi kreatif yang dimaksud mencakup enam subsektor yang menjadi konsentrasi BPS-Bekraf.

"Tentu idealnya seluruhnya bisa diukur secara detail, tapi sekarang kita lebih memenuhi semua itu dengan keterbatasan yang ada. Anggaran kami juga terbatas," ujarnya.

Menurut dia, dari 16 subsektor ekonomi kreatif ada keingingan Bekraf berkonsentrasi di enam sub-sektor dengan rincian tiga yang sudah besar, tiga yang jadi prioritas untuk dikembangkan dan tiga yang sudah besar itu selain sudah besar dan percepatan pertumbuhannya luar biasa di Indonesia, namun juga percepatan pertumbuhan ekspornya juga luar biasa.

Bekraf menggaet BPS sejak 2016 dalam penyediaan data Produk Domestik Bruto (PDB), tenaga kerja, ekspor, Klarifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) dan Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2016.

Padaa tahun ini, BPS-Bekraf tidak hanya akan memperbaharui data tahun lalu, tetapi juga menambah jumlah cakupan data, meliputi profil usaha subsektor berdasarkan Survei Ekonomi 2016, penyediaan Klasifikasi Baku Jabatan Indonesia (KBJI), data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), serta Tabel Input-Output (I-O) ekraf.

Berdasarkan hasil SKEK 2016, tiga subsektor ekraf yang menjadi primadona adalah fesyen, kriya, dan kuliner. Sedangkan usaha/perusahaan start up bidang ekraf cenderung dijumpai pada subsektor aplikasi dan games developer, industri musik, serta perfilman.

Guna memenuhi kebutuhan data enam subsektor ekraf tersebut, BPS-BEKRAF pun memilih lima provinsi yang akan menjadi objek survei data, meliputi Jawa Barat, Sumatera Utara, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali.

Sementara itu, Kepala BPS Kecuk Suhariyanto menekankan bahwa percepatan penyelesaian data akan dilakukan dengan menggabungkan data Sensus Ekonomi 2016 dan Survei Khusus Ekonomi Kreatif 2016. Diharapkan, data baru bisa diluncurkan pada Desember 2017.

"Untuk bisa mengumpulkan data ekonomi kreatif, kita tidak bisa mengandalkan hanya dari satu survei, karena itu kita akan meng-combine berbagai sensus dan survei yang ada di BPS," ujarnya.

Ia mengimbuhi, "Kita bikin target Desember 2017 hasilnya bisa di-launching, tahun 2018 sudah bisa digunakan."

Data ekraf dari BPS-Bekraf sukses meraih capaian-capaian positif. Pada tahun 2015, sektor ekraf berkontribusi 7,38 persen terhadap total perekonomian nasional.

PDB ekraf yang tercipta tahun 2015 adalah sebesar Rp852 triliun, naik 4,38 persen dibandingkan tahun 2014.

Dari sisi ketenagakerjaan, sektor ekraf mampu menyerap 15,9 juta tenaga kerja atau 13,90 persen dari total tenaga kerja tahun 2015. Indikator lain, yaitu ekspor barang-barang ekraf senilai US$ 19,4 miliar atau 12,88 persen dari total ekspor Indonesia tahun 2015.