Rupiah kamis pagi bergerak ke Rp13.363
6 Juli 2017 10:28 WIB
Seorang petugas menghitung uang dolar AS di Kantor Pusat BNI Jakarta, Senin (12/10). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup pada level 13.408 per dolar AS, naik empat poin atau 0,03 persen dari penutupan sebelumnya. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis pagi, bergerak menguat tipis sebesar dua poin menjadi Rp13.363 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.365 per dolar Amerika Serikat (AS).
Ekonom Sammuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis mengatakan mata uang rupiah mengalami penguatan terhadap dolar AS sejalan dengan kurs di kawasan Asia menyusul belum adanya kepastian kenaikan suku bunga Amerika Serikat (Fed Fund Rate/FFR).
"Notulensi Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memperlihatkan adanya keraguan terhadap laju kenaikan FFR yang terlalu cepat di tengah inflasi yang melambat," katanya.
Ia menambahkan bahwa pembahasan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018 yang cukup positif turut menjadi fokus utama domestik.
"Rupiah berpeluang mempertahankan sentimen penguatannya," katanya.
Analis Monex Investindo Futures, Putu Agus Pransuamitra menambahkan bahwa optimisme pelaku pasar aung terhadap perekomian Indonesia yang akan terus mengalami pertumbuhan turut menjadi penopang mata uang rupiah terhadap dolar AS.
"Sejumlah data ekonomi yang telah dirilis beberapa waktu lalu masih direspon positif pasar," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, harga minyak mentah dunia yang relatif stabil juga turut menjadi faktor positif bagi mata uang berbasis komoditas, seperti rupiah.
Terpantau harga minyak jenis WTI Crude berada di posisi 45,39 dolar AS per barel, dan Brent Crude di level 48,06 dolar AS per barel.
Ekonom Sammuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis mengatakan mata uang rupiah mengalami penguatan terhadap dolar AS sejalan dengan kurs di kawasan Asia menyusul belum adanya kepastian kenaikan suku bunga Amerika Serikat (Fed Fund Rate/FFR).
"Notulensi Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memperlihatkan adanya keraguan terhadap laju kenaikan FFR yang terlalu cepat di tengah inflasi yang melambat," katanya.
Ia menambahkan bahwa pembahasan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018 yang cukup positif turut menjadi fokus utama domestik.
"Rupiah berpeluang mempertahankan sentimen penguatannya," katanya.
Analis Monex Investindo Futures, Putu Agus Pransuamitra menambahkan bahwa optimisme pelaku pasar aung terhadap perekomian Indonesia yang akan terus mengalami pertumbuhan turut menjadi penopang mata uang rupiah terhadap dolar AS.
"Sejumlah data ekonomi yang telah dirilis beberapa waktu lalu masih direspon positif pasar," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, harga minyak mentah dunia yang relatif stabil juga turut menjadi faktor positif bagi mata uang berbasis komoditas, seperti rupiah.
Terpantau harga minyak jenis WTI Crude berada di posisi 45,39 dolar AS per barel, dan Brent Crude di level 48,06 dolar AS per barel.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: