Pekanbaru (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyebutkan 19 titik panas terdeteksi di Sumatera dengan ancaman bahaya kebakaran hutan dan lahan.
"Pagi ini, terpantau 19 titik panas. Atau jumlah yang sama seperti kemarin (Rabu, 28/6) sore yang sekaligus ancaman terjadi karhutla," ucap Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Pekanbaru, Slamet Riyadi di Pekanbaru, Kamis.
Menurutnya, belasan titik panas tersebut tersebar pada lima provinsi, dan di Riau tercatat paling banyak dengan jumlah 10 titik.
Ke-10 titik panas ini berada pada sejumlah kabupaten/kota di Riau seperti Pelalawan empat titik, Indragiri Hulu dan Rokan Hilir sama-sama menyumbang dua titik.
Lalu di Kota Wisata, julukan baru bagi Kabupaten Siak, dan Kota Pelabuhan, julukan bagi Kota Dumai masing-masing menyumbang satu titik.
"Titik panas yang terdeteksi satelit ini, belum tentu terbakar. Untuk memastikan, perlu ada peninjauan lapangan terutama di lahan gambut," katanya.
Ke-4 provinsi lagi, lanjut Slamet, yakni Sumatera Utara empat titik, Sumatera Barat dan Bengkulu sama-sama memberi sumbangan dua titik, dan Sumatera Selatan satu titik.
"Ini, kondisi terkini terkait titik panas dari pantauan satelit. Karena di Sumatera saat ini, mulai memasuki musim pancaroba," terangnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Riau, Edwar Sanger mengaku, hingga kini baru tiga provinsi yang menetapkan status siaga darurat karhutla.
"Tiga provinsi telah menaikan status jadi siaga yakni kita (Riau), Sumsel (Sumatera Selatan), dan Kalimatan Barat," ujarnya.
Seperti diketahui, ancaman bahaya terbakarnya lahan gambut hingga kini menunjukkan peningkatan, terutama di Sumatera dan Kalimantan, seiring memasuki musim kemarau kering.
"Kita perkirakan itu, puncaknya terjadi di bulan Agustus mendatang. Ketiga provinsi ini, telah lakukan langkah antisipasi," kata dia.
"Provinsi lain yang menyusul yakni Jambi, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur," klaim Edwar.
19 titik panas terdeteksi di Sumatera
29 Juni 2017 11:59 WIB
Ilustrasi: BMKG (ANTARA News/ BMKG)
Pewarta: Muhammad Said
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: