Jakarta (ANTARA News) - Pabrikan petrokimia asal Jerman Ferrostaal menginginkan harga gas 3,7 dolar Amerika Serikat (AS) per Million British Thermal Unit (MMBTU) di Kawasan Industri Teluk Bintuni sesuai dengan hasil studi kelaikan (Feasibility Studies/FS) yang dilakukan perusahaan.




"Jadi, di FS mereka, harga mereka keekonomiannya 3,7 dollar AS per MMBTU," kata Direktur Jenderal Industri Kimia Tekstil dan Aneka di Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono di Jakarta, Rabu.




Ia menyampaikan hal tersebut usai mendampingi Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menerima Presiden Direktur PT Ferrostaal Indonesia Radja Pasaribu, Ferrostaal Topsoe Project Rasmus Breivik dan Perwakilan dari Haldor Topsoe A/S Jack Carstensen.




Ferrostaal, dikemukakannya, ingin Pemerintah RImemfasilitasi negosiasi dengan penyedia gas di Teluk Bintuni, yakni BP dan Genting Oil Kasuri.




"Makanya, itu kan ada beberapa alternatif. Mereka juga mengungkapkan kalau bisa mereka juga menggunakan fasilitas jetty atau pelabuhan yang ada di BP. Nah, itu kan harus ada pembicaraan dulu," demikian Achmad Sigit Dwiwahjono.




Pembangunan industri petrokimia di Bintuni diawali oleh PT Pupuk Indonesia yang menggandeng Ferrostaal dengan investasi 2,5 miliar dolar AS.




Industri petrokimia di Bintuni direncanakan akan menghasilkan metanol sebanyak 1,8 juta ton per tahun, etilen 293.000 ton per tahun, propilen 411.000 ton per tahun dan polipropilen 433.000 ton per tahun.