Butet buktikan keangkeran Istora sirna
19 Juni 2017 02:05 WIB
Pebulu tangkis ganda campuran Indonesia Liliyana Natsir (kedua kiri) dan Tontowi Ahmad (kiri) meluapkan kegembiraan setelah mengalahkan ganda campuran China Zheng Siwei dan Chen Qingchen pada final BCA Indonesia Open 2017 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu (18/6/2017). Tontowi dan Liliyana keluar sebagai juara ganda campuran BCA Indonesia Open 2017 setelah menang 22-20 21-15 atas Zheng Siwei dan Chen Qingchen. (ANTARA/Sigid Kurniawan)
Jakarta (ANTARA News) - Atlet bulutangkis ganda campuran, Liliyana Natsir, atau akrab disapa Butet, mengaku keangkeran Stadion Istora Senayan, Jakarta, telah hilang menyusul gelar juara yang dia raih bersama Tontowi Ahmad dalam nomor ganda campuran Indonesia Terbuka 2017 di Balai Sidang Jakarta, Minggu.
"Ternyata, Istora itu angker buat saya sedangkan di sini tidak. Kami bersyukur dapat menang meskipun kondisi fisik saya belum 100 persen. Saya mampu memberikan penampilan terbaik dan gelar bagi Indonesia bersama Owi," kata Butet selepas pertandingan final, Minggu malam.
Ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, atau akrab disapa Owi/Butet, sukses mengabulkan mimpi publik Tanah Air dengan menjuarai turnamen Indonesia Terbuka 2017 setelah mengalahkan pasangan China, Zheng Siwei/Chen Qingchen, 22-20, 21-15, selama 45 menit di pertandingan final.
"Lawan kami adalah pasangan muda yang sangat bersemangat. Mereka peringkat satu dunia dan menjadi andalan China. Kami memang pernah menghadapi mereka dan kalah, tapi itu pada 2014. Saya anggap hari ini kedudukan kami masih 0-0," kata Butet.
Butet mengaku permainan game pertama menjadi kunci kemenangannya merebut gelar juara Indonesia Terbuka bersama Owi. "Kami mampu melewati poin-poin kritis game pertama. Sebelumnya, kami telah mempelajari permainan lawan lewat rekaman video. Kami bersyukur telah menerapkan strategi dengan benar," katanya.
Permainan pasangan Merah-Putih itu pada awal game kedua, lanjut Butet, tertekan serangan-serangan lawan yang memiliki tenaga lebih kuat dan kecepatan pola permainan.
Butet mengaku puas dan lega telah menampilkan gelar juara di kandang yang telah ditonton keluarga dan teman-temannya. "Penonton bulu tangkis mungkin juga rindu Owi/Butet menang di kandang sendiri. Antusias mereka luar biasa dan kami tidak ingin mengecewakan," ujarnya.
Meskipun baru pertama meraih kemenangan bersama Owi, Butet telah dua kali meraih gelar juara Indonesia Terbuka. Pada Indonesia Terbuka 2005, Butet meraih gelar juara ganda campuran bersama Nova Widianto. Pasangan Nova/Butet mengalahkan sesama pasangan Indonesia Anggun Nugroho/Yunita Tetty 15-13, 15-1.
Gelar juara Butet dalam Indonesia Terbuka diraihnya pada 2008 saat berpasangan dengan Vita Marissa pada nomor ganda putri. meraih gelar juara pada nomor ganda putri Indonesia Terbuka 2008 bersama Vita Marissa. Ganda Vita/Butet menundukkan pasangan Jepang Miyuki Maeda/Satoko Suetsuna pada putaran final 21-15, 21-14.
Indonesia terakhir kali meraih gelar juara kandang turnamen tingkat super series premier itu pada 2013 ketika ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan mengalahkan ganda Korea Selatan Lee Yong-de/Ko Syung-hyun 21-14, 21-18.
"Ternyata, Istora itu angker buat saya sedangkan di sini tidak. Kami bersyukur dapat menang meskipun kondisi fisik saya belum 100 persen. Saya mampu memberikan penampilan terbaik dan gelar bagi Indonesia bersama Owi," kata Butet selepas pertandingan final, Minggu malam.
Ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, atau akrab disapa Owi/Butet, sukses mengabulkan mimpi publik Tanah Air dengan menjuarai turnamen Indonesia Terbuka 2017 setelah mengalahkan pasangan China, Zheng Siwei/Chen Qingchen, 22-20, 21-15, selama 45 menit di pertandingan final.
"Lawan kami adalah pasangan muda yang sangat bersemangat. Mereka peringkat satu dunia dan menjadi andalan China. Kami memang pernah menghadapi mereka dan kalah, tapi itu pada 2014. Saya anggap hari ini kedudukan kami masih 0-0," kata Butet.
Butet mengaku permainan game pertama menjadi kunci kemenangannya merebut gelar juara Indonesia Terbuka bersama Owi. "Kami mampu melewati poin-poin kritis game pertama. Sebelumnya, kami telah mempelajari permainan lawan lewat rekaman video. Kami bersyukur telah menerapkan strategi dengan benar," katanya.
Permainan pasangan Merah-Putih itu pada awal game kedua, lanjut Butet, tertekan serangan-serangan lawan yang memiliki tenaga lebih kuat dan kecepatan pola permainan.
Butet mengaku puas dan lega telah menampilkan gelar juara di kandang yang telah ditonton keluarga dan teman-temannya. "Penonton bulu tangkis mungkin juga rindu Owi/Butet menang di kandang sendiri. Antusias mereka luar biasa dan kami tidak ingin mengecewakan," ujarnya.
Meskipun baru pertama meraih kemenangan bersama Owi, Butet telah dua kali meraih gelar juara Indonesia Terbuka. Pada Indonesia Terbuka 2005, Butet meraih gelar juara ganda campuran bersama Nova Widianto. Pasangan Nova/Butet mengalahkan sesama pasangan Indonesia Anggun Nugroho/Yunita Tetty 15-13, 15-1.
Gelar juara Butet dalam Indonesia Terbuka diraihnya pada 2008 saat berpasangan dengan Vita Marissa pada nomor ganda putri. meraih gelar juara pada nomor ganda putri Indonesia Terbuka 2008 bersama Vita Marissa. Ganda Vita/Butet menundukkan pasangan Jepang Miyuki Maeda/Satoko Suetsuna pada putaran final 21-15, 21-14.
Indonesia terakhir kali meraih gelar juara kandang turnamen tingkat super series premier itu pada 2013 ketika ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan mengalahkan ganda Korea Selatan Lee Yong-de/Ko Syung-hyun 21-14, 21-18.
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017
Tags: