Jakarta (ANTARA News) - Pemerhati perempuan dan anak Giwo Rubianto Wiyogo mengatakan layanan sekolah jangan dipaksakan seragam karena sosio-kultural masyarakat Indonesia yang beragam.

"Sistem layanan sekolah jangan dipaksakan seragam. Berikan kebebasan kepada masing-masing sekolah untuk memilih dan mengembangkan model sekolah," ujar Giwo di Jakarta, Sabtu.

Dia mengatakan sekolah selama lima hari dalam seminggu atau delapan jam sehari tidak tepat jika diberlakukan di seluruh Indonesia.

"Untuk konteks Jakarta, tidak masalah. Tetapi bagaimana dengan anak-anak di desa yang dari sisi transportasi terbatas."

Pendidikan karakter pada anak, lanjut dia, tidak hanya bisa diberikan melalui sekolah lima hari tetapi harus disesuaikan dengan budaya dan latar belakang anak.

"Lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kearifan lokal," cetus dia.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mulai tahun ajaran 2017/2018 akan menerapkan sekolah selama lima hari dalam seminggu di sejumlah sekolah.

Sekolah yang ditunjuk merupakan sekolah-sekolah yang siap secara infrastruktur serta sarana dan prasarana.

Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdikbud, Hamid Muhammad, menyebutkan ada sekitar 1.800-an sekolah yang siap.

"Sekolah yang ikut menerapkan sekolah lima hari itu, hanya sekolah-sekolah yang menyatakan siap," kata Hamid.

(T.I025/A029)