Pendapat wakil ketua MPR soal sekolah seharian penuh
16 Juni 2017 17:10 WIB
Dokumentasi murid SD Inpres Yowong, di Distrik Arso Barat, Kabupaten Keerom, Papua, Selasa (2/5/2017), saat bermain kelereng. Gedung SD negeri itu terdiri dari lima ruangan yakni empat ruang kelas dan satu ruang guru dengan jumlah murid 29 orang yang diajar 12 guru PNS dan kontrak. (ANTARA FOTO/Indrayadi TH)
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua MPR, Mahyudin, menghargai wacana dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, tentang sekolah seharian penuh namun hanya lima hari dalam sepekan. Wacana ini tengah menjadi kontroversi di tengah masyarakat.
Mahyudin, di Jakarta, Jumat, menyatakan, anaknya dia sekolahkan di sekolah yang sudah menerapkan metode pengajaran sekolah seharian penuh itu, atau yang sempat populer dengan sebutan full-day school. Dia katakan, prestasi anaknya baik-baik saja.
Namun dia tidak katakan nama sekolah di mana anaknya itu dididik, dan juga lokasinya.
Terkait kontroversi wacana sekolah seharian penuh, Mahyudin mengusulkan itu harus diterapkan terlebih dahulu di daerah-daerah perkotaan.
"Coba dulu di daerah perkotaan, tidak harus sekaligus serentak di seluruh Indonesia," katanya, dan menambahkan, jumlah jam sekolahnya juga tidak harus seharian penuh alias delapan jam sehari.
Sebelumnya, Anggota Komisi X DPR, Ledia Amaliah, meminta pemerintah bersikap luwes jika nanti jadi menerapkan konsep sekolah seharian penuh bagi siswa.
Ia mengingatkan masih ada ribuan sekolah di wilayah yang belum terjangkau kendaraan serta ada banyak anak sekolah yang saat ini juga harus berjalan kaki sekian kilometer, baik menuju sekolah maupun saat kembali ke rumah.
Mahyudin, di Jakarta, Jumat, menyatakan, anaknya dia sekolahkan di sekolah yang sudah menerapkan metode pengajaran sekolah seharian penuh itu, atau yang sempat populer dengan sebutan full-day school. Dia katakan, prestasi anaknya baik-baik saja.
Namun dia tidak katakan nama sekolah di mana anaknya itu dididik, dan juga lokasinya.
Terkait kontroversi wacana sekolah seharian penuh, Mahyudin mengusulkan itu harus diterapkan terlebih dahulu di daerah-daerah perkotaan.
"Coba dulu di daerah perkotaan, tidak harus sekaligus serentak di seluruh Indonesia," katanya, dan menambahkan, jumlah jam sekolahnya juga tidak harus seharian penuh alias delapan jam sehari.
Sebelumnya, Anggota Komisi X DPR, Ledia Amaliah, meminta pemerintah bersikap luwes jika nanti jadi menerapkan konsep sekolah seharian penuh bagi siswa.
Ia mengingatkan masih ada ribuan sekolah di wilayah yang belum terjangkau kendaraan serta ada banyak anak sekolah yang saat ini juga harus berjalan kaki sekian kilometer, baik menuju sekolah maupun saat kembali ke rumah.
Pewarta: Muhammad Rahman
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017
Tags: