Penyebab cedera otak mahasiswa AS bekas tahanan Korea Utara belum diketahui
16 Juni 2017 15:39 WIB
Dokumentasi Otto Frederick Warmbier (tengah), mahasiswa Universitas Virginia yang ditahan di Korea Utara sejak awal Januari, dibawa ke pengadilan top Korea Utara di Pyongyang, Korea Utara, dalam foto tidak bertanggal yang dirilis oleh Kyodo, Rabu (16/3/16). Mahkamah Agung Korea Utara menghukum mahasiswa Amerika Warmbier, yang ditangkap saat mengunjungi negara tersebut, 15 tahun kerja paksa untuk kejahatan terhadap negara, seperti yang dilaporkan agensi berita Tiongkok Xinhua pada hari Rabu. (REUTERS/Kyodo)
Washington (ANTARA News) - Dokter yang merawat Otto Warmbier, mahasiswa Amerika Serikat yang dibebaskan dari tahanan Korea Utara pada pekan ini, mengatakan bahwa Warmbier mengalami kerusakan otak luas, yang penyebabnya masih belum diketahui.
Neurologis Daniel Kanter mengatakan dalam sebuah konferensi pers di kampung asal Warmbier di Cincinnati, Ohio, bahwa kondisi neurologisnya digambarkan "dalam keadaan tidak responsif".
"Matanya terbuka dan mengedip dengan spontan. Namun, dia tidak menunjukkan tanda-tanda memahami bahasa, merespons perintah lisan atau menyadari keadaan sekitarnya," katanya, seperti dilansir AFP, Kamis (15/6) waktu setempat.
MRI menunjukkan "kerusakan jaringan otak di seluruh bagian otak," imbuh Kanter.
Tim medis Warmbier mengatakan bahwa mereka tidak menemukan tanda-tanda botulisme, penjelasan yang diberikan rezim Korea Utara mengenai bagaimana pemuda berusia 22 tahun tersebut mengalami koma tidak lama setelah dihukum pada Maret 2016 karena mencuri poster politik dari sebuah hotel.
"Kami belum mengetahui secara pasti atau mendapatkan informasi yang bisa diverifikasi mengenai cedera neurologisnya," imbuh Kanter.
Neurologis Daniel Kanter mengatakan dalam sebuah konferensi pers di kampung asal Warmbier di Cincinnati, Ohio, bahwa kondisi neurologisnya digambarkan "dalam keadaan tidak responsif".
"Matanya terbuka dan mengedip dengan spontan. Namun, dia tidak menunjukkan tanda-tanda memahami bahasa, merespons perintah lisan atau menyadari keadaan sekitarnya," katanya, seperti dilansir AFP, Kamis (15/6) waktu setempat.
MRI menunjukkan "kerusakan jaringan otak di seluruh bagian otak," imbuh Kanter.
Tim medis Warmbier mengatakan bahwa mereka tidak menemukan tanda-tanda botulisme, penjelasan yang diberikan rezim Korea Utara mengenai bagaimana pemuda berusia 22 tahun tersebut mengalami koma tidak lama setelah dihukum pada Maret 2016 karena mencuri poster politik dari sebuah hotel.
"Kami belum mengetahui secara pasti atau mendapatkan informasi yang bisa diverifikasi mengenai cedera neurologisnya," imbuh Kanter.
Penerjemah: Monalisa
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017
Tags: