Jakarta (ANTARA News) - Kebijakan pemerintah untuk memperketat impor memberikan dampak yang positif kepada industri-industri tekstil, dimana saat ini industri tekstil lokal kembali bergairah.

"Sejak Januari tahun ini perkembangan industri tekstil semakin bergairah. Semoga dampaknya akan mulai terasa pada tahun depan bagi para pelaku usaha lokal," ujar Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Dalam Negeri Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Hanan Supangkat, di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan, impor yang selama ini berjalan tentunya memberikan dampak negatif bagi pasar Indonesia, bahkan masyarakat Indonesia semakin dimanjakan dengan produk luar.

"Banyak dampak dari impor, masyarakat menjadi konsumtif dan tergerusnya lapangan pekerjaan, sehingga terjadinya pengangguran," imbuhnya.

Namun demikian, kata Hanan, pihaknya tidak anti terhadap barang-barang impor, asalkan melalui jalur yang resmi.

"Kalau jalur impor melalui jalur resmi tidak masalah, bisa bersaing. Namun yang banyak selama ini impor barang-barang ilegal," tuturnya.

Ia berharap pemerintah bisa menindak tegas oknum-oknum bea cukai yang masih meloloskan impor barang-barang ilegal.

Hanan yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT Mulia Knitting Factory mengaku merasakan dampak peningkatan produksi dan penjualan produk tekstil pada saat bulan Ramadhan kali ini.

"Peningkatan juga dirasakan pada saat Ramadhan, dimana produk pakaian dalam yang diproduksinya (Rider) naik hingga 75 persen. Pada Ramadhan sebelumnya kenaikan hanya 25-30 persen," ujarnya.

Menurutnya, kenaikan permintaan pakaian dalam pria pada saat menjelang lebaran biasanya masih jauh lebih kecil ketimbang kenaikan permintaan di bidang busana atau pakaian luar.

"Kalau busana biasanya bisa mengalami kenaikan sekitar 300 persen. Kami di bagian pakaian dalam hanya sekitar 75 persen," ucap Hanan.

Hingga saat ini, tambah dia, pihaknya masih fokus untuk memasarkan produk di dalam negeri mengingat pangsa pasar di dalam negeri untuk jenis pakaian dalam sangat tinggi.

"Pasar kita masih dalam lingkup nasional, untuk ekspor masih berupaya. Banyak produk luar yang mencoba masuk ke Indonesia karena melihat besarnya populasi pasar kita," tutur Hanan seraya menambahkan bahan baku pembuatan pakaian dalam berasal dari kapas Amerika dan Australia.