Purbalingga (ANTARA News) - Ketua Umum DPP PPP Muhammad Romahurmuziy (Romi) mengatakan khilafah di Indonesia dikampanyekan dengan dua model, yakni kekerasan dan persuasif-argumentatif.

Berbicara dalam Dialog Kebangsaan: Keberadaan Khilafah Dalam Hukum Islam di Pondok Pesantren Azzuhriyah, Purbalingga, Selasa, Romi mengatakan di jalur kekerasan ada Jamaah Ansharut Tauhid yang terlibat bom di Kampung Melayu, Jakarta.

Sementara di jalur persuasif-argumentatif khilafah di kampanyekan dengan sasaran anak muda terutama di kampus-kampus oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Berbeda dengan jalur kekerasan, kata dia, kampanye persuasif-argumentatif ini berhasil menarik banyak pengikut di kalangan mahasiswa.

"HTI mendapat tempat di anak-anak muda karena progresif," ujar Romi di hadapan peserta dialog yang merupakan pengasuh madrasah diniyah.

Menurut dia pertumbuhan jumlah pengikut atau simpatisan pengusung khilafah tidak bisa dianggap angin lalu. Mengutip sebuah hasil survei, Romi menyebutkan hampir 10 persen responden yang setuju Indonesia menjadi khilafah.

"Kalau 10 persen itu berlaku untuk seluruh penduduk Indonesia, artinya ada sekitar 25 juta orang yang setuju khilafah," kata dia.

Menurut dia, dibandingkan dengan yang tidak setuju khilafah, jumlah yang setuju memang kecil, tetapi jumlah itu bisa saja terus bertambah.

Oleh karena itu, Romi meminta para pengasuh madrasah memberikan pemahaman yang benar kepada anak didiknya. Ia menegaskan bahwa Islam tidak secara tegas menyebut bentuk negara tertentu.

Ia juga meminta para orang tua terutama yang memiliki anak remaja dan mahasiswa untuk tidak segan mengajak anaknya berdialog termasuk tentang isu khilafah karena bukan tidak mungkin terpengaruh ideologi itu di pergaulannya.