Yogyakarta (ANTARA News) - Komisi Pemberantasan Korupsi melatih 20 wanita polisi dan 50 perempuan jaksa di Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa, mengenai pencegahan korupsi melalui gerakan "Saya Perempuan Antikorupsi".

Pelatihan yang dibuka Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono X, dan Wakil ketua KPK, Basaria Panjaitan, yang berkata, "Saya ingin wanita polisi dan perempuan jaksa menjadi agen perubahan dalam pemberantasan korupsi."

Menurut dia, Yogyakarta adalah lokasi pelatihan kedua setelah Makassar. Di Makassar para wanita polisi yang telah menjadi agen SPAK (Saya Perempuan Anti Korupsi) melakukan sosialisasi kepada 10.820 orang dalam waktu tiga bulan.


"Mereka melakukan sosialisasi saat program bimbingan masyarakat, masuk ke desa, sambil menularkan perilaku antikorupsi," kata dia.

Yang penting, semangat dan roh antikorupsi tertanam sempurna di dalam diri agen SPAK di DIY, setelah itu barulah mereka menularkan semangat dan roh itu kepada masyarakat.

Para penegak hukum diberi materi pencegahan tindak pidana korupsi, di antaranya gratifikasi, pencucian uang, serta cara menjadi fasilitator antikorupsi. Mereka juga akan dibekali alat bantu berupa enam jenis permainan antikorupsi agar aktif berdiskusi.

Menurut Panjaitan, perempuan polisi dan perempuan jaksa lebih efektif mencegah praktik korupsi di institusi penegakan hukum itu, dibandingkan harus melalui operasi tangkap tangan KPK yang membutuhkan waktu lama.



"Kalau ini bisa dilakukan bersama-sama mungkin tidak perlu ada OTT lagi," kata dia.

Perempuan, kata Basaria, memiliki peran cukup penting dalam penanaman semangat antikorupsi. Di lingkungan keluarga, mereka seorang ibu memiliki tanggung jawab menanamkan nilai-nilai kejujuran, bagian semangat antikorupsi kepada anak-anaknya.

"Oleh sebab itu kami juga melatih perempuan-perempuan lain dengan berbagai macam profesi seperti hakim, pengacara, ibu rumah tangga," kata dia.