Baghdad (ANTARA News) - Perdana Menteri Irak Haider Al-Abadi menyatakan pihaknya masih menyimpan uang ratusan juta dolar Amerika Serikat (AS) dari Pemerintah Qatar pada April 2017 untuk menjamin pembebasan anggota keluarga Kerajaan Qatar yang diculik pada 2015..

Sebelumnya ada sejumlah laporan pers menyatakan bahwa uang tersebut telah dihabiskan di Iran, sehingga membuat marah Arab Saudi dan negara lain di Teluk Arab, sehingga memperparah hubungan dengan Qatar.

Namun, Haider Al-Abadi mengatakan melalui televisi pemerintah pada Minggu (11/6) dan menyebut bahwa uang tersebut di simpan di bank sentral di Baghdad, sambil menunggu keputusan tentang apa yang harus dilakukan dengan uang tersebut.

"Tidak satu dolar atau euro dihabiskan. Sejumlah uang itu masih disimpan, diawasi oleh panitia dan dua perwakilan dari Pemerintah Qatar yang datang untuk memeriksa ketika diendapkan di bawah pengawasan bank sentral," katanya, selayaknya dikutip Reuters.

Ia menimpali, "Keputusan tentang mengeluarkan uang harus memenuhi aspek politis dan memiliki aspek hukum, maka akan dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku di Irak."

Al-Abadi menjelaskan bahwa April 2017 aparat keamanan negerinya menyita koper berisi ratusan juta dolar AS dalam jet pribadi Qatar yang mendarat di Baghdad.

Dia memperkirakan dana tersebut adalah bagian dari kesepakatan untuk membebaskan sandera Qatar tanpa persetujuan Baghdad.

Sebanyak 26 sandera, termasuk anggota kerajaan keluarga Qatar, diculik dalam perjalanan mereka berburu di Irak selatan pada 2015. Tidak jelas bagaimana pembebasan mereka dinegosiasikan.

Hingga kini tidak ada satu pun pihak yang mengaku bertanggung jawab atas penculikan tersebut, yang terjadi di dekat daerah perbatasan dengan Arab Saudi, sebuah daerah dominasi petempur Syiah yang memiliki kedekatan hubungan dengan Iran.