Jakarta (ANTARA News) - Departemen Pertanian mengungkapkan bahwa kematian ternak unggas akibat flu burung (Avian Influenza/AI) selama 2007 mencapai 7.000 ekor. Direktur Kesehatan Hewan di Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian (Deptan), Musny Suadmodjo, di Jakarta akhir pekan lalu menyatakan, 80 persen unggas yang terkena virus AI adalah ayam kampung atau buras sedang ayam ras hanya 20 persen. "Virus AI di Indonesia gampang menyebar karena pemeliharaan tidak dikandangkan, terutama untuk ayam kampung," katanya sebelum bertolak ke Paris Perancis. Kunjungan Direktur Kesehatan Hewan tersebut ke Perancis untuk mengikuti Sidang Organisasi Kesehatan Hewan Internasional (OIE) ke-75 pada 27 Mei 2007. Menurut dia, selama dua tahun belakangan jumlah kematian unggas ayam turun dari 5 juta ekor pada 2005 menjadi 1,6 juta ekor pada 2006. Dia mengatakan, semua pemeliharaan ternak ayam seharusnya dikandangkan serta dilakukan penyemprotan desinfektan seminggu sekali untuk mencegah penularan virus AI. Menanggapi penanganan virus flu burung pada unggas yang terkesan lamban hingga saat ini, Musny mengakui hal itu disebabkan luasnya daerah tertular di tanah air. Apalagi, katanya, tingkat sifat endemis AI yang terdapat di hampir semua jenis unggas di Indonesia, sehingga virus tersebut bisa muncul saat kondisi memungkinkan. Selain itu, kegiatan vaksinasi juga belum mencapai target yang diharapkan karena jumlah vaksin AI yang tersedia tidak sebanding dengan populasi ternak ayam di dalam negeri. Saat ini, jumlah ayam di tanah air sekitar 285 juta ekor dengan kebutuhan vaksin mencapai 600 juta dosis, sedangkan yang tersedia hanya 95 juta dosis. Dikatakannya untuk memenuhi kebutuhan vaksin AI bagi Indonesia, FAO telah menyurati beberapa negara donatur guna memberikan bantuan. Menyinggung kebijakan yang akan ditempuh pemerintah dalam penanganan flu burung pada unggas, Musny menyatakan, di antaranya melalui pelayanan kesehatan hewan dan karantina dan sosialisasi untuk menyadarkan masyarakat, khususnya masyarakat umum di tingkat lapangan. "Salah satu golongan masyarakat yang selama ini belum tersentuh dalam upaya penanggulangan AI yaitu masyarakat pantai," katanya. Dia menyatakan, jika pemerintah kesulitan mendapatkan kader dalam pelaksanaan kegiatan penaganan flu burung tersebut Presiden telah meminta untuk menggunakan tenaga TNI. Mengenai dana kompensasi untuk pemusnahan unggas yang terserang virus AI, dia menyatakan, pada tahun ini pemerintah mengalokasikan anggaran sebanyak Rp23 miliar yang mana setiap ekor dihargai Rp12.500. (*)