Jakarta (ANTARA News) - Majalah remaja pria Hai baru-baru ini menerbitkan edisi cetak pamungkas mereka pada 1 Juni 2017 demi berkonsentrasi melalui platform daring, namun pihak redaksi menjanjikan akan menerbitkan edisi cetak spesial di masa mendatang.




Hal itu, kata Acting Editor in Chief Hai, Didi Kaspi Kasim, sebagai upaya untuk melayani romantisme mantan pembaca Hai di masa lalu yang belakangan meramaikan berbagai media sosial dengan tagar #RIPHai menyusul kabar penghentian edisi cetak Hai.




"Sebenarnya itu gua cuma mau melayani romantisme pembaca Hai," kata Didi saat ditemui ANTARA News di kantornya di Jakarta, Senin (5/6) lalu.




"Karena sekarang yang ramai itu kan, di Facebook misalnya, anak-anak tatoan yang punya romantisme yang galau liat sebuah brand mati," ujarnya menambahkan.




Padahal, lanjut Didi, ia juga tak cukup yakin kapan terakhir kali orang-orang yang meramaikan tagar #RIPHai di media sosial terakhir kali menyambangi penjual eceran koran dan majalah untuk membeli Hai.




"Jadi stop crying di Facebook bilang Hai mati terus gua sedih banget gitu ya. Ya nanti gua bikin buat lo deh, tapi hari ini kita gak bicara sama lo dulu," kata Didi merujuk pada pembacanya yang kini disesaki oleh generasi milenial.




(baca juga: "Teman nongkrong", citra yang berusaha dijaga Hai)




Didi menilai romantisme adalah hal wajar, menginget sepanjang perjalan 40 tahun Hai yang hadir sejak medio 1970-an tentu ada berbagai aspek yang menempel dengan tiap generasi yang sempat mengalami sebagai remaja dan menjadi pembaca mereka.




"Jadi di setiap eranya punya cerita. Pasti ada yang kehilangan, kami yakin betul ada yang kehilangan," katanya.




"Tapi kami kan musti hidup, tidka bisa mengayomi orang melulu, harus move on, ke depan, melihat dengan siapa kami berbicara hari ini," ujarnya menambahkan.




(baca juga: Hai sudah lama berencana akhiri edisi cetak)




Meski demikian, Didi tak berani berjanji bakal menerbitkan edisi cetak spesial Hai lebih dari sekali dalam setahun.




"Melahirkan Hai yang sekarang bukan pekerjaan ringan juga. Kemudian membuat Hai running dengan full speed, rasanya teman-teman redaksi ini butuh konsentrasi memikirkan itu," katanya.




Sementara itu, Didi menepis peluang menawarkan versi cetak dari edisi-edisi sebelumnya dalam bentuk bundel, mengingat pihaknya sudah menyematkan pernyataan tegas "We Need More Space" dalam edisi cetak pamungkas mereka yang terbit 1 Juni 2017 lalu.




Selanjutnya, kini digawangi tim transisi menuju penguatan versi daring sepenuhnya menjangkau pembaca mereka, remaja pria, lewat laman hai.grid.co.id.




(baca juga: Berbincang dengan redaksi Hai soal transisi mereka (1))




(baca juga: Tanggapi #RIPHai, "Hai" tegaskan cuma pindah platform)