Washington (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Departemen Pertahanan AS atau Pentagon ternyata mempunyai pandangan yang sangat berseberangan menyangkut Qatar.

Kalau Trump terang-terangan menuduh Qatar mendanai terorisme, maka Pentagon justru menginginkan pendekatan yang lebih lembut kepada Qatar karena AS sangat bergantung kepada negara ini mengingat operasi-operasi militer dan udara khususnya untuk melawan ISIS memiliki basis serangan dari Qatar.

Menuduh secara implisit Qatar ada di balik terorisme, Presiden Donald Trump menyeru negara yang hubungan diplomatiknya telah diputus Arab Saudi, Bahrain, Mesir dan Uni Emirat Arab itu untuk berhenti mendanai kelompok-kelompok pelalu terorisme. Trump bahkan menyebut negara Arab Teluk itu sudah biasa mendanai kelompok teror dalam tingkat tinggi.

"Tidak ada bangsa beradab yang mau menoleransi kekerasan ini atau membiarkan ideologi jahat ini menyebar," kata Trump dalam jumpa pers bersama dengan Presiden Rumania Klaus Iohannis.

Pernyataan ini berbalikkan dengan Pentagon yang mengingingkan AS dan sekutunya melakukan pendekatan lebih bersahabat kepada Qatar.

Pentagon bahkan menyatakan blokade terhadap Qatar oleh Saudi cs akan menghambat kemampuan operasi militer jangka panjang untuk memerangi ISIS.

"Meskipun operasi militer saat ini dari Pangkalan Udara Al Udeid tidak terhenti atau terganggu, situasi yang tengah terjadi itu akan menghambat kemampuan kita dalam merencanakan operasi militer jangka panjang," kata Juru Bicara Pentagon Kapten Jeff Davis seperti dikutip Reuters.

Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar adalah tempat berpangkalannya sekitar 11.000 pasukan AS dan koalisi yang merupakan pangkalan penting dalam perang melawan ISIS.

Tanpa menjelaskan operasi jangka panjang apa yang terdampak krisis diplomatik Qatar itu, Davis menyebut Qatar sangat penting untuk operasi udara melawan ISIS.