Yerusalem (ANTARA News) - Kabinet Israel pada Minggu memberi "lampu hijau" kepada militer untuk "meningkatkan" operasi di Gaza demi menghentikan serangan roket kelompok garis keras. Militer mendapat restu "meningkatkan operasi untuk mengurangi tembakan roket dan untuk merontokkan prasarana teroris yang bertanggungjawab atas penembakan (roket)," ungkap pernyataan kabinet tanpa memberi uraian lebih jauh. "Operasi pada tahap ini akan dikonsentrasikan terhadap Hamas dan Jihad Islam, yang bertanggung jawab atas peningkatan (serangan)," ungkap pernyataan itu. Kabinet juga menyatakan bahwa "aksi drastis" yang lebih besar akan menjadi pertimbangan jika usaha terakhir tidak berhasil mengakhiri serangan roket. Di sisi lain, "untuk saat ini", kabinet memilih tidak memerintahkan serangan darat, menurut seorang pejabat senior yang menghadiri pertemuan kabinet itu, Minggu. Israel sudah lima hari melakukan serangan udara terhadap kelompok garis keras di Gaza, sebagai balasan atas peluncuran roket dari kelompok tersebut. Serangan udara itu telah menewaskan empat penduduk sipil dan 19 anggota Hamas. Perdana menteri Israel, Ehud Olmert, menteri pertahanan Amir Peretz dan kepala staf militer Gabi Ashkenazi tetap menentang serangan darat besar-besaran, ungkap radio militer menjelang pertemuan kabinet tentang keamanan itu. Serangan darat Israel yang terakhir di Gaza pada Juni hingga November tahun lalu menewaskan sekitar 400 warga Palestina dan menimbulkan kerusakan besar terhadap prasarana namun gagal untuk menghentikan serangan roket. Lebih dari 100 roket telah ditembakkan ke wilayah Israel selama pekan lalu dan melukai 16 penduduk sipil, kebanyakan mengalami luka ringan, selain membuat ratusan warga kota Sderot mengungsi, demikian laporan AFP. (*)