Paris (ANTARA News) - Serangan pria bersenjata palu yang menargetkan seorang perwira polisi di luar Gereja Katedral Notre Dame di Prancis merupakan "serangan tunggal," kata juru bicara pemerintah Christophe Castaner, Rabu.

Pelaku penyerangan dalam insiden pada Selasa (6/6) waktu setempat "tidak pernah menunjukkan tanda-tanda radikalisasi," katanya kepada radio RTL, namun menekankan bahwa penyelidikan masih dalam tahap awal.

Castaner mengatakan "sangat sulit mengantisipasi" serangan saat dilakukan oleh orang-orang yang tidak berada dalam pengawasan polisi.

Petugas kepolisian berusia 22 tahun itu mengalami luka ringan di bagian leher, yang terjadi saat Prancis tengah bersiaga tinggi setelah ekstremis menewaskan tujuh orang di London pada Sabtu lalu.

Dokumen yang ditemukan pada penyerang tersebut menunjukkan dia adalah seorang warga Aljazair berusia 40 tahun yang merupakan mahasiswa S3 di bidang sains informasi di sebuah universitas di Prancis timur.

Tersangka kemudian mengaku sebagai "tentara khilafah" dari kelompok ISIS, menurut seorang narasumber terkait penyelidikan itu.

(Baca:Polisi tembak laki-laki penyerang polisi di Gereja Notre Dame)

Salah satu rekan polisi tersebut menembak tersangka, mengenai dadanya dalam situasi yang penuh dengan kepanikan di sekitar Katedral Gothic, salah satu objek wisata paling terkenal di Prancis.

Prancis saat ini masih dalam keadaan darurat yang diberlakukan setelah serangan November 2015 di Paris, ketika jihadis ISIS menewaskan 130 orang pada malam pembantaian di beberapa tempat di kota tersebut, demikian AFP.