Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, bergerak menguat 46 poin menjadi Rp13.268 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.314 per dolar Amerika Serikat (AS).

"Dolar AS mengalami tekanan terhadap sejumlah mata uang utama, termasuk rupiah menyusul data tenaga kerja Amerika Serikat yang tidak sesuai estimasi," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin.

Ia mengemukakan bahwa total penggajian pekerjaan non-pertanian (non-farm payrolls/NFP) senilai 138.000 pada Mei 2017, jauh di bawah konsensus pasar untuk kenaikan hingga 185.000.

"Pelaku pasar tampaknya melakukan aksi bargain hunting setelah data kerja AS yang pesimistis," katanya.

Ia menambahkan bahwa harga minyak mentah dunia yang bergerak di area positif pada awal pekan ini juga turut menjadi penopang mata uang rupiah.

Harga minyak jenis WTI Crude menguat 0,57 persen menjadi 47,93 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,24 persen menjadi 48,32 dolar AS per barel.

Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa laju inflasi Mei 2017 yang relatif terkendali masih menjadi salah stau faktor yang menjaga fluktuasi mata uang rupiah berada di area positif.

"Inflasi yang relatif terjaga membawa optimisme di pasar keuangan terhadap ekonomi nasional akan tumbuh sesuai target," katanya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, laju inflasi pada Mei 2017 sebesar 0,39 persen. Dengan demikian, maka inflasi tahun kalender Januari-Mei telah mencapai 1,67 persen dan inflasi dari tahun ke tahun (year on year) sebesar 4,33 persen.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.287 dibandingkan hari sebelumnya (Jumat, 2/6) senilai Rp13.311 per dolar AS.