Kabul (ANTARA News) - Taliban mengancam melakukan aksi balas dendam kepada Pemerintah Afghanistan atas tindakan keras yang akan diambil terhadap para tahanan anggota kelompok itu setelah tersiar laporan bahwa Presiden Ashraf Ghani akan memerintahkan eksekusi 11 orang militan yang sudah dalam daftar hukuman mati.

Laporan eksekusi itu beredar dan tindakan akan dilakukan sebagai balas dendam, setelah serangan bom truk di Kabul.

Pemerintahan Ghani, yang terbelah dan rapuh, mendapat tekanan karena kegagalannya menyediakan keamanan menyusul serangkaian serangan-serangan yang telah merenggut ratusan jiwa baik di pihak tentara maupun warga sipil tahun ini.

Ledakan pada Rabu (31/5), bertepatan di bulan suci Ramadhan, melanda jalan yang ramai dengan orang-orang dalam perjalanan ke sekolah dan bekerja pada pagi hari di Kota Kabul.

Ratusan orang menderita cedera akibat ledakan tersebu, yang lokasinya berdekatan dengan Kedutaan Besar Jerman dan termasuk daerah ramai di pusat Kota Kabul.

Serangan itu dilaporkan Reuters sebagai hal paling akhir dan terburuk sejak kampanye militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pimpinan Amerika Serikat (AS) menggulingkan Taliban pada 2001.

Salim Rasouli, kepala rumah sakit di Kabul, mengatakan 80 orang meninggal dan 461 orang luka-luka.

Mereka dibawa ke berbagai rumah sakit di kota itu untuk mendapat perawatan dan sedikitnya 10 orang lagi diketahui hilang dan diyakini tewas, dengan para anggota keluarga mereka masih mencari di kamar-kamar mayat dan rumah-rumah sakit lebih 24 jam setelah ledakan tersebut.

Ghulam Sakhi, seorang pembuat sepatu yang tokonya dekat dengan tempat kejadian, bertanya-tanya mengapa hal ini terjadi.

"Orang-orang keluar rumah untuk mengambil roti bagi anak-anak mereka dan kemudian pada sore hari, jasad mereka dikirim pulang ke keluarga," ujarnya.

Taliban telah membantah melakukan aksi tersebut. Tetapi, Direktorat Nasional bagi Keamanan, badan intelejen utama Afghanistan, telah menyalahkan jejaring Haqqani, sebuah kelompok yang berafiliasi langsung dengan Taliban, dan menyatakan pihaknya telah bertindak dengan bantuan dinas intelejen Pakistan.

Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan menolak tuduhan itu tak berdasar, dengan menyatakan tudingan-tudingan tersebut akan "tak membantu usaha-usaha bagi perdamaian."

Dengan kemarahan publik yang berkembang atas keamanan yang tak terkendali, stasiun televisi Afghanistan Tolo News melaporkan bahwa Ghani telah menandatangani perintah eksekusi.

Tahun lalu enam tahanan Taliban digantung setelah serangan bunuh diri.

Dua pejabat senior Afghanistan membenarkan bahwa sudah ada daftar para tahanan, yang semuanya tersangka anggota Taliban atau jejaring Haqqani, tetapi belum ada surat perintah untuk melakukan eksekusi.

Dalam sebuah pernyataan, Taliban, yang berulang-ulang membantah keterlibatannya dalam bom Kota Kabul pada Rabu, menanggapi laporan-laporan dengan mengancam akan melakukan pembalasan terhadap pemerintah Kabul dan sistem peradilan khususnya jika ada tahanan yang dilukai.

"Pemerintah Kabul akan bertanggung jawab atas akibat insiden-insiden dan kerugian," kata Zabihullah Mujahid, juru bicara gerakan itu dalam sebuah pernyataan yang dikutip Reuters.