Jakarta (ANTARA News) - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengajak masyarakat agar terus meresapi Pancasila di hari kelahirannya setiap 1 Juni dan berharap agar lima sila tidak dibenturkan dengan agama.
"Tidak relevan menghadapkan Pancasila dengan agama," kata Lukman ditemui di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, Pancasila mengandung nilai-nilai agama itu sendiri. Dengan kata lain, membenturkan kedua unsur itu sama saja membenturkan agama dengan agama dan Pancasila dengan Pancasila.
"Bagi kami, Kemenag, Pancasila hakikatnya adalah wujud pengamalan pelaksanaan nilai-nilai agama oleh setiap warga negara Indonesia dalam konteks berbangsa dan bernegara," kata dia.
Pancasila, kata dia, merupakan hasil temuan dari proses penggalian Bung Karno dengan wawasan Nusantara. Nusantara adalah kawasan yang sangat religius sehingga penggalian Pancasila juga sesuatu yang religius.
Dia mengatakan semua sila Pancasila hakikatnya adalah nilai-nilai agama. Dengan begitu, jika warga mengamalkan Pancasila maka sesungguhnya kita sedang menjalankan nilai-nilai agama.
Terkait kelahiran Pancasila yang akan diperingati pada Kamis (1/6), Lukman berharap setiap anak bangsa supaya dapat menangkap intisari Pancasila itu dengan memperingati kelahirannya.
Dia juga berharap agar peringatan kelahiran Pancasila dapat menjadi pengingat warga Indonesia untuk tetap menjaga kehidupan kebangsaan yang luhur dan dimaknai sesuai konteks kekinian.
Presiden Joko Widodo menetapkan 1 Juni sebagaia hari lahir Pancasila melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 dan ditetapkan sebagai hari libur nasional.
Tahun ini tema Peringatan Hari Lahir Pancasila adalah "Saya Indonesia, Saya Pancasila".
Peringatan Hari Lahir Pancasila pada tanggal 1 Juni 2017 dipusatkan di halaman Gedung Pancasila Kementerian Luar Negeri, Jl. Pejambon, Jakarta Pusat, dan Presiden Joko Widodo akan menjadi Inspektur Upacara.
(T.A061/D016)
Menag: Jangan benturkan agama dengan lahirnya Pancasila
31 Mei 2017 20:33 WIB
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (ANTARA /M Agung Rajasa)
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: