Bogor (ANTARA News) - Kementerian Luar Negeri terus memantau keberadaan 16 warga negara Indonesia di Marawi City Filipina yang telah meminta bantuan untuk dievakuasi dari wilayah ini.

"Ada 16 orang, tetapi 16 itu ada di tempat yang berbeda, 10 orang berada di suatu tempat, kemudian enam orang lagi berada di tempat yang berbeda," kata Menlu Retno Marsudi, di Istana Kepresidenan Bogor, Senin malam.

Retno menyatakan pihaknya terus melakukan kontak dengan KJRI di Davao City, dengan KBRI Manila, dan dengan otoritas setempat.

"Kami juga melakukan koordinasi dengan otoritas kita di dalam negeri, saya melakukan koordinasi dengan bapak-bapak yang ada di sini," katanya.

Retno mengaku pihaknya sudah menerima permintaan dari 16 WNI itu, agar mereka dibantu evakuasi dari wilayah yang diberlakukan operasi militer tersebut.

"Memang sampai saat ini kami belum bisa bergerak karena dari kontak dengan otoritas setempat, operasi masih terus dilakukan sehingga tidak mungkin ada pergerakan apa pun," katanya.

Menlu menyebutkan berdasarkan informasi yang diperoleh dari otoritas setempat, sebanyak 16 WNI itu diketahui berada di masjid. Otoritas memang tahu mereka ada di sana dan menurut informasi otoritas setempat, mereka dalam kondisi baik.

Mengenai informasi adanya satu WNI yang meninggal, Retno mengatakan informasi itu belum dapat dikonfirmasikan.

"Jadi dalam operasi itu ada beberapa WNI yang meninggal dunia, kalau saya ditanya belum dapat mengkonfirmasinya," katanya.

Ketika ditanya apakah Indonesia akan memberi bantuan dalam operasi itu kepada Filipina, Menlu mengatakan saat ini sedang dalam situasi darurat dan pihaknya terus melakukan kontak dengan Filipina.

"Ini kan situasi emergensi, kita satu paham dulu situasinya seperti apa, setelah itu kami juga tidak hanya terpaku pada satu skenario," kata Retno Marsudi.


Baca juga: (Kemlu: evakuasi WNI dari Marawi belum memungkinkan)

Baca juga: (Filipina kerahkan helikopter serang untuk rebut kembali Marawi)