Ankara (ANTARA News) - Militer Turki membunuh 13 gerilyawan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) melalui serangan udara di Irak utara pada Minggu, kata pernyataan militer.

Pesawat tempur tersebut menyerang tujuh sasaran milik PKK di kawasan Avasin-Basyan di Irak utara dan membunuh gerilyawan, yang diyakini bersiap melakukan serangan, kata militer seperti dilaporkan Reuters.

Dalam serangan udara terpisah di Provinsi Van, Turki tenggara, pada Sabtu malam, militer mengatakan pesawat tempur membunuh sepuluh gerilyawan PKK.

PKK, yang melakukan pemberontakan tiga dasawarsa di Turki tenggara, memiliki sarang di pegunungan Irak utara, di dekat perbatasan Turki. Kelompok itu dianggap teroris oleh Turki, Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Sebelumnya, Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahwa negaranya tidak akan menerima para pejuang Kurdi Suriah di kawasan itu tetapi hampir saja mengkritik secara langsung keputusan AS untuk mempersenjatai mereka.

Dalam pertemuan di Gedung Putih, Trump menyatakan Erdogan sebagai sekutu penting dalam "perang melawan terorisme" dan tidak menyebut penumpasan di dalam negeri Erdogan setelah usaha kudeta yang gagal tahun lalu.

Erdogan mengatakan kunjungannya akan "menandai perubahan haluan yang bersejarah" dan menyebutnya "hubungan yang menonjol" antara kedua negara.

Hal tersebut merupakan sebuah nada positif khususnya memandang ketegangan atas keputusan Washington mempersenjatai milisi YPG Kurdi Suriah yang Ankara pandang sebagai perluasan dari Partai Pekerja Kurdi (PKK) yang terlarang.

Pejabat AS pada 9 Mei mengungkapkan persetujuan Trump atas rencana memasok YPG yang mengalami kemajuan menuju benteng ISIS di Raqqa, Suriah.

Turki telah menjadi mitra koalisi pimpinan AS terhadap pasukan ISIS. Aliansi AS dengan Turki telah menunjukkan peran menentukan dalam pertempuran melawan ISIS di Suriah, dengan menyediakan koalisi akses ke pangkalan udara Incirlik untuk melancarkan serangan terhadap kelompok militan.

Erdogan telah berjanji menggunakan pertemuan Gedung Putih itu untuk berusaha membujuk Trump mengubah rencana atas YPG, yang Ankara pandang sebagai perpanjangan PKK. Sejak 1984 PKK telah memberontak di bagian tenggara Turki dan dianggap kelompok teroris oleh AS, Turki dan Eropa.

"Kami mendukung Turki dalam pertempuran melawan teror dan kelompok teror, seperti, ISIS dan PKK, dan menjamin mereka tak punya tempat aman," kata Trump, dengan menyebut akronim IS, "Kami juga menghargai kepemimpinan Turki dalam upaya mengakhiri pembunuhan menakutkan di Suriah."
(Uu.G003)