Pahlawan Indonesia di balik Piala Sudirman 2017
27 Mei 2017 11:19 WIB
Pebulu tangkis tunggal putra Lee Chong Wei mengembalikan kok kepada Pebulu tangkis tunggal putra Jepang Kenta Nishimoto dalam Piala Sudirman 2017 di Carrara Sport and Leisure Centre di Gold Coast, Queensland, Australia, Jumat (26/5/2017). Chong Wei menang atas Nishimoto dengan skor 15-21, 13-21, namun Malaysia tersingkir dari semifinal setelah kalah dari Jepang 1-3. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)
Gold Coast, Australia (ANTARA News) - Carrara Sport and Leisure Centre yang terletak di antara Samudra Pasifik dan Gurun gibson di Australia, menjadi saksi kisah kelam Indonesia pada turnamen Piala Sudirman.
Ya, di lokasi tersebut untuk pertama kalinya Indonesia gagal lolos dari fase grup turnamen beregu campuran dua tahunan ini walaupun menang dengan skor 3-2 atas Denmark pada pertandingan terakhir fase grup, lantaran di pertandingan pertama fase grup, tim Merah Putih harus menyerah dari India 1-4.
Kendati demikian, tersingkirnya Indonesia itu juga memunculkan kisah-kisah kegemilangan dari para punggawa Tanah Air sendiri yang sedikit banyak membuktikan bahwa Indonesia "Masih Ada".
Pahlawan Lawan India
Indonesia dibuat "remuk" secara mengejutkan oleh India pada pertandingan Selasa (23/5) setelah tumbangnya pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Gloria Emanuelle Widjaja oleh Ashwini Ponnappa/Satwiksairaj Rankireddy 20-22, 21-17, 19-21 di partai pertama yang disusul tunggal putra Jonatan Christie yang menyerah dari Kidambi Srikanth 15-21, 16-21 di partai kedua.
Indonesia dipastikan tumbang dari India, setelah tunggal putri Fitriani yang tunduk dari Pusarla V. Sindhu 8-21, 19-21 di partai keempat.
Dan kekalahan ganda putri Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri Sari dari Ashwini Ponnappa/Reddy N. Sikki 12-21, 19-21 di partai pamungkas, melengkapi hari kelam Indonesia pada hari itu.
Akan tetapi, pasangan ganda putra Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo yang turun di partai ketiga hari itu, menyelamatkan muka negara yang pernah menyandang gelar raja bulu tangkis ini setelah berhasil menundukan Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty 21-9, 21-17.
Bahkan hebatnya mereka melakukannya dalam waktu 26 menit yang merupakan waktu pertandingan tercepat di divisi satu pada hari itu.
Marcus/Kevin yang sebenarnya memberikan harapan pada pertandingan itu, mengatakan hanya ingin memberikan yang terbaik pada Indonesia dan tim.
"Pada pertandingan itu kami hanya sepakat ingin berjuang, memberikan yang terbaik dan tidak memikirkan hasil buruk di pertandingan sebelumnya. Terkait dengan hasil itu urusan yang lain," kata Marcus.
Kejutan Lawan Denmark
Selepas kekalahan atas India, peluang Indonesia tipis untuk bisa melaju ke perempat final, di tengah beban harus menang 5-0, atau minimal 4-1 dengan tiga partai harus stright game, tim nasional Indonesia hanya bisa menang 3-2.
Dalam pertandingan itu pasangan ganda campuran Praveen Jordan/Debby Susanto bermain gemilang dengan mengalahkan Joachim Fischer Nielsen/Christina Pedersen 21-12, 21-13.
Keran poin tim Merah Putih dilanjutkan tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting yang secara mengejutkan menumbangkan Viktor Axelsen yang merupakan peraih medali perunggu Olimpiade 2016 itu, 13-21, 21-17, 21-14.
"Pada pertandingan itu, saya tidak mau menyia-nyiakan kepercayaan dan memberikan yang terbaik," kata Ginting.
Harapan Indonesia sebenarnya memuncak saat Marcus/Kevin yang di pertandingan sebelumnya (melawan India) bermain apik, harus melawan Mathias Boe/Carsten Mogensen yang berperingkat di bawah mereka.
Namun kenyataan berkata lain, pasangan ganda putra terkuat Indonesia itu harus menyerah di tangan duet Denmark 16-21, 24-22, 23-21.
Meski harapan menipis tunggal putri yang turun di laga keempat, berhasil kembali memberikan harapan di mana tunggal putri Fitriania berhasil menumbangkan Mia Blichfeldt 22-24, 21-15, 21-14.
"Pada waktu itu saya hanya ingin memberikan yang terbaik setelah gagal di pertandingan melawan Sindhu, saya ingin membuktikan bahwa saya bisa," kata Fitriani.
Akan tetapi Indonesia benar-benar harus memupuskan harapannya untuk melaju ke putaran perempat final Piala Sudirman 2017, setelah ganda putri Greysia Polii/Apriani Rahayu ditumbangkan Kamilla Rytter Juhl/Christina Pedersen.
Akan tetapi penampilan Greysia yang berpasangan dengan Apriani yang berusia 18 tahun dan baru pertama kali bertanding di Piala Sudirman, bisa dikatakan baik walau tidak memberikan hasil memuaskan yang terbukti dengan skor dalam prtandingan itu 18-21, 21-13, 13-21.
"Saat berlaga kemarin saya hanya ingin membuktikan di pertandingan perdana saya bahwa saya bisa berbuat banyak bagi tim walau hasilnya tidak sesuai harapan tapi saya senang bisa diberi kesempatan bermain," kata Apriani.
Harapan
Walaupun menderita kekalahan, penampilan para punggawa tim nasional yang sebagian besar terbilang muda dengan usia rata-rata 20 tahun dan beberapa yang pertama kali berlaga di turnamen beregu campuran, tidak bisa dibilang jelek bahkan beberapanya ada yang terbilang berpenampilan apik dan menyelamatkan muka Indonesia.
Akan tetapi, tetap harus ada evaluasi, dan evaluasi terbaik harus datang dari diri sendiri.
"Di Piala Sudirman 2017 ini sendiri, banyak yang didapatkan, yang jelas saya pun punya banyak bekal untuk memperbaiki hal-hal lain. Lebih kepada memperbaiki faktor non teknisnya, seperti terlalu terburu-buru atau kurang sabar," kata Ginting.
"Ke depan saya harap untuk bisa lebih baik, konsisten dan makin berprestasi, targetnya saya bisa memberikan sesuatu untuk kebanggan Indonesia," ujar Fitriani.
"Menurut saya sendiri kegagalan bukan berarti kita menyerah, tetapi kegagalan adalah motivasi untuk terus belajar, bukan untuk terus terpuruk," ujar Apriani.
Memang mengecewakan jika melihat penampilan Indonesia di Piala Sudirman 2017, namun beberapa pemain menampilkan kekuatan mereka sebenarnya dan ini yang paling penting, bahwa mereka akan bisa diharapkan di masa mendatang untuk melanjutkan tradisi keemasan bulu tangkis Indonesia.
Ya, di lokasi tersebut untuk pertama kalinya Indonesia gagal lolos dari fase grup turnamen beregu campuran dua tahunan ini walaupun menang dengan skor 3-2 atas Denmark pada pertandingan terakhir fase grup, lantaran di pertandingan pertama fase grup, tim Merah Putih harus menyerah dari India 1-4.
Kendati demikian, tersingkirnya Indonesia itu juga memunculkan kisah-kisah kegemilangan dari para punggawa Tanah Air sendiri yang sedikit banyak membuktikan bahwa Indonesia "Masih Ada".
Pahlawan Lawan India
Indonesia dibuat "remuk" secara mengejutkan oleh India pada pertandingan Selasa (23/5) setelah tumbangnya pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Gloria Emanuelle Widjaja oleh Ashwini Ponnappa/Satwiksairaj Rankireddy 20-22, 21-17, 19-21 di partai pertama yang disusul tunggal putra Jonatan Christie yang menyerah dari Kidambi Srikanth 15-21, 16-21 di partai kedua.
Indonesia dipastikan tumbang dari India, setelah tunggal putri Fitriani yang tunduk dari Pusarla V. Sindhu 8-21, 19-21 di partai keempat.
Dan kekalahan ganda putri Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri Sari dari Ashwini Ponnappa/Reddy N. Sikki 12-21, 19-21 di partai pamungkas, melengkapi hari kelam Indonesia pada hari itu.
Akan tetapi, pasangan ganda putra Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo yang turun di partai ketiga hari itu, menyelamatkan muka negara yang pernah menyandang gelar raja bulu tangkis ini setelah berhasil menundukan Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty 21-9, 21-17.
Bahkan hebatnya mereka melakukannya dalam waktu 26 menit yang merupakan waktu pertandingan tercepat di divisi satu pada hari itu.
Marcus/Kevin yang sebenarnya memberikan harapan pada pertandingan itu, mengatakan hanya ingin memberikan yang terbaik pada Indonesia dan tim.
"Pada pertandingan itu kami hanya sepakat ingin berjuang, memberikan yang terbaik dan tidak memikirkan hasil buruk di pertandingan sebelumnya. Terkait dengan hasil itu urusan yang lain," kata Marcus.
Kejutan Lawan Denmark
Selepas kekalahan atas India, peluang Indonesia tipis untuk bisa melaju ke perempat final, di tengah beban harus menang 5-0, atau minimal 4-1 dengan tiga partai harus stright game, tim nasional Indonesia hanya bisa menang 3-2.
Dalam pertandingan itu pasangan ganda campuran Praveen Jordan/Debby Susanto bermain gemilang dengan mengalahkan Joachim Fischer Nielsen/Christina Pedersen 21-12, 21-13.
Keran poin tim Merah Putih dilanjutkan tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting yang secara mengejutkan menumbangkan Viktor Axelsen yang merupakan peraih medali perunggu Olimpiade 2016 itu, 13-21, 21-17, 21-14.
"Pada pertandingan itu, saya tidak mau menyia-nyiakan kepercayaan dan memberikan yang terbaik," kata Ginting.
Harapan Indonesia sebenarnya memuncak saat Marcus/Kevin yang di pertandingan sebelumnya (melawan India) bermain apik, harus melawan Mathias Boe/Carsten Mogensen yang berperingkat di bawah mereka.
Namun kenyataan berkata lain, pasangan ganda putra terkuat Indonesia itu harus menyerah di tangan duet Denmark 16-21, 24-22, 23-21.
Meski harapan menipis tunggal putri yang turun di laga keempat, berhasil kembali memberikan harapan di mana tunggal putri Fitriania berhasil menumbangkan Mia Blichfeldt 22-24, 21-15, 21-14.
"Pada waktu itu saya hanya ingin memberikan yang terbaik setelah gagal di pertandingan melawan Sindhu, saya ingin membuktikan bahwa saya bisa," kata Fitriani.
Akan tetapi Indonesia benar-benar harus memupuskan harapannya untuk melaju ke putaran perempat final Piala Sudirman 2017, setelah ganda putri Greysia Polii/Apriani Rahayu ditumbangkan Kamilla Rytter Juhl/Christina Pedersen.
Akan tetapi penampilan Greysia yang berpasangan dengan Apriani yang berusia 18 tahun dan baru pertama kali bertanding di Piala Sudirman, bisa dikatakan baik walau tidak memberikan hasil memuaskan yang terbukti dengan skor dalam prtandingan itu 18-21, 21-13, 13-21.
"Saat berlaga kemarin saya hanya ingin membuktikan di pertandingan perdana saya bahwa saya bisa berbuat banyak bagi tim walau hasilnya tidak sesuai harapan tapi saya senang bisa diberi kesempatan bermain," kata Apriani.
Harapan
Walaupun menderita kekalahan, penampilan para punggawa tim nasional yang sebagian besar terbilang muda dengan usia rata-rata 20 tahun dan beberapa yang pertama kali berlaga di turnamen beregu campuran, tidak bisa dibilang jelek bahkan beberapanya ada yang terbilang berpenampilan apik dan menyelamatkan muka Indonesia.
Akan tetapi, tetap harus ada evaluasi, dan evaluasi terbaik harus datang dari diri sendiri.
"Di Piala Sudirman 2017 ini sendiri, banyak yang didapatkan, yang jelas saya pun punya banyak bekal untuk memperbaiki hal-hal lain. Lebih kepada memperbaiki faktor non teknisnya, seperti terlalu terburu-buru atau kurang sabar," kata Ginting.
"Ke depan saya harap untuk bisa lebih baik, konsisten dan makin berprestasi, targetnya saya bisa memberikan sesuatu untuk kebanggan Indonesia," ujar Fitriani.
"Menurut saya sendiri kegagalan bukan berarti kita menyerah, tetapi kegagalan adalah motivasi untuk terus belajar, bukan untuk terus terpuruk," ujar Apriani.
Memang mengecewakan jika melihat penampilan Indonesia di Piala Sudirman 2017, namun beberapa pemain menampilkan kekuatan mereka sebenarnya dan ini yang paling penting, bahwa mereka akan bisa diharapkan di masa mendatang untuk melanjutkan tradisi keemasan bulu tangkis Indonesia.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017
Tags: