Bom Kampung Melayu - Pengamanan lokasi padat pengunjung harus ditingkatkan
26 Mei 2017 16:32 WIB
Polisi berjaga di lokasi ledakan bom Terminal Kampung Melayu, Jakarta, Kamis (25/5/2017). Bom yang meledak pada Rabu (24/5/2017) malam tersebut mengakibatkan 15 orang menjadi korban, lima di antaranya meninggal dunia.(ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Lebak, Banten (ANTARA News) - Pengamat hukum dari Kabupaten Lebak, Koswara Purwasasmita, mengatakan, jaringan terorisme di Indonesia nyata menjadi ancaman. Dia mengimbau pemerintah dan masyarakat meningkatkan pengamanan dan kewaspadaan, terkhusus di lokasi-lokasi padat pengunjung.
Dia menyinggung kasus terkini di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, di mana terjadi dua bom bunuh diri pada Rabu malam lalu (24/5). Tiga polisi gugur selain warga sipil.
Saat ini, katanya, di Lebak, Banten, Jumat, pelaku terorisme itu bisa saja menggunakan cara lebih canggih dan tidak terdeteksi petugas.
Bercermin dari aksi brutal teroris di banyak negara, dia bilang, kerumunan massa di lokasi padat pengunjung harus dijaga secara lebih serius.
Modus operandi pelaku teror, katanya, sudah bergeser dari simbol-simbol negara Barat ke sasaran yang berbeda. Mereka mengalihkan ke simbol-simbol negara Indonesia yang memiliki ideologi Pancasila dan UUD 45.
Pelaku terorisme, kata dia, sudah kesulitan untuk beraksi di premis-premis negara-negara Barat yang ada di Indonesia karena pengamanan begitu ketat.
Untuk memutus mata rantai terorisme itu, kata dia, bisa ditempuh beberapa hal, di antaranya sejauh mana hasil evaluasi pembinaan deradikalisasi kepada para tahanan terorisme. Juga jaringan yang mencari dan memberi dana kepada mereka.
Dia menyinggung kasus terkini di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, di mana terjadi dua bom bunuh diri pada Rabu malam lalu (24/5). Tiga polisi gugur selain warga sipil.
Saat ini, katanya, di Lebak, Banten, Jumat, pelaku terorisme itu bisa saja menggunakan cara lebih canggih dan tidak terdeteksi petugas.
Bercermin dari aksi brutal teroris di banyak negara, dia bilang, kerumunan massa di lokasi padat pengunjung harus dijaga secara lebih serius.
Modus operandi pelaku teror, katanya, sudah bergeser dari simbol-simbol negara Barat ke sasaran yang berbeda. Mereka mengalihkan ke simbol-simbol negara Indonesia yang memiliki ideologi Pancasila dan UUD 45.
Pelaku terorisme, kata dia, sudah kesulitan untuk beraksi di premis-premis negara-negara Barat yang ada di Indonesia karena pengamanan begitu ketat.
Untuk memutus mata rantai terorisme itu, kata dia, bisa ditempuh beberapa hal, di antaranya sejauh mana hasil evaluasi pembinaan deradikalisasi kepada para tahanan terorisme. Juga jaringan yang mencari dan memberi dana kepada mereka.
Pewarta: Mansyur
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017
Tags: