Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat pagi, bergerak melemah 12 poin menjadi Rp13.293, dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.281 per dolar AS.

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Jumat mengatakan bahwa penguatan harga minyak mentah dunia yang mulai mereda menjadi salah satu faktor yang menahan laju mata uang rupiah.

"Harga minyak mentah dunia mempengaruhi mata uang berbasis komoditas, seperti rupiah," katanya.

Kendati demikian, lanjut dia, pelemahan rupiah relatif terbatas menyusul belum jelasnya arah atau potensi kenaikan suku bunga AS (Fed Fund Rate) pada juni mendatang.

"Salah satu pejabat The Fed menyatakan kenaikan Fed Fund Rate di bulan Juni masih tanda Tanya sehingga menahan laju dolar AS lebih tinggi," katanya.

Dari dalam negeri, lanjut dia, masih terjaganya perekonomian dapat menahan pelemahan rupiah lebih dalam. Sentimen Standard & Poors (S&P) yang menaikann peringkat utang Indonesia menjadi layak investasi menunjukan fundamental ekonomi nasional terjaga sehingga akan menjaga pergerakan rupiah dalam jangka panjang.

Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa intervensi Bank Indonesia terhadap rupiah membuat pergerakannya stabil, situasi itu akan menjaga stabilitas perekonomian nasional terjaga.

"Dengan fluktuasi yang terkendali maka dapat membuat nyaman investor maupun pelaku usaha di dalam negeri menjalankan aktivitasnya," ujarnya.