Jakarta (ANTARA News) - Sambil mengendarai sepeda motornya, Eviyuliswir (48) bercerita tentang ledakan bom di Kampung Melayu semalam.

"Saya juga tadi mengantar korban ke RS Budhi Asih," kata Evi membuka pembicaraan saat mengantar ANTARA News dari lokasi ledakan di terminal Kampung Melayu menuju RSUD Budhi Asih, Jakarta Timur, tempat korban luka-luka dirawat pada Rabu (24/5) sekitar pukul 23.00 WIB.

Evi, yang bekerja sebagai pengojek, biasa mangkal di Terminal Kampung Melayu dan saat ledakan terjadi dia sedang santai menunggu penumpang.

Awalnya, dia mengira ledakan tersebut bukan bom. "Saya pikir bukan bom, (tapi) ban meledak, makanya saya lari ke dalam, saya pengen tahu," kata dia.

Saat masuk ke terminal untuk mengetahui sumber ledakan, Evi mengaku bersama korban luka yang dia antar ke RSUD Budhi Asih.

"Ledakan pertama korban masuk ke dalam, dia tolong polisi yang kena, enggak tahu kalau ada bom kedua," ujar dia.

"Saya bantu, bawa ke rumah sakit. Jadi, maaf jaket saya darah semua," katanya sambil mengarahkan pandangan ke pundak kanannya.

Darah tak terlihat di jaket biru tua Evi malam itu, namun bagian yang dia tunjuk terasa basah saat dipegang dan berbau anyir darah.

Setelah menjauh dari lokasi Terminal Kampung Melayu yang dipenuhi kerumunan masyarakat yang hendak melihat tempat kejadian, Evi melanjutkan ceritanya.

Ia menuturkan bahwa ledakan pertama terjadi di dalam terminal, di dekat dengan halte Transjakarta, sementara bom kedua meledak di dekat toilet.

"Lebih kuat bom kedua, lebih bahaya bom kedua. Banyak korban di bom kedua," kata Evi.

Evi mengaku melihat seseorang yang dia rasa merupakan pelaku bom bunuh diri di terminal Kampung Melayu.

"Umur sepertinya 30 tahun ke bawah. Kulit sawo matang. Enggak gendut, tingginya seperti saya ini (sekitar 170cm), rambut kurang jelas, baju hitam kebiru-biruan," kata dia.

Saat berhenti di lampu merah, sambil menghela napas Evi mengucap "Astagfirullah..." "Dari kelompok mana ya? Rakyat kecil yang dia beri," kata dia dengan nada suara sedikit kesal.