Rupiah naik tipis
24 Mei 2017 10:58 WIB
Seorang nasabah menunjukkan uang kertas rupiah baru tahun emisi 2016 usai melakukan penukaran di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) kepulauan Riau, Batam, Senin (19/12/2016). (ANTARA /M N Kanwa)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Rabu pagi naik tujuh poin menjadi Rp13.295 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa efek kenaikan peringkat Indonesia menjadi investment grade masih terasa sehingga ruang penguatan rupiah terhadap dolar AS cukup tersedia.
"Euforia sentimen itu cukup terasa di pasar surat utang negara (SUN) dan pasar valas domestik walaupun tidak berlebihan," katanya.
Di sisi lain, dia mengatakan, harga komoditas yang perlahan mulai pulih juga mendukung apresiasi rupiah.
Pelemahan dolar AS bisa berlanjut jika Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memangkas produksi minyaknya.
"Harga komoditas yang naik berkorelasi negatif pada dolar AS," katanya.
Harga minyak jenis WTI Crude pagi ini menguat 0,27 persen menjadi 51,61 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,30 persen menjadi 54,31 dolar AS per barel.
Kendati demikian, menurut Rangga, masih tingginya harapan pada kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (Fed Fund Rate) dapat membuat dolar AS kembali mengalami apresiasi. Notulensi pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang akan dirilis pada pekan ini juga menjadi perhatian pasar.
"Jika hasil FOMC hawkish terhadap kenaikan suku bunga AS maka dolar AS berpeluang menguat," katanya.
Sementara Research Analyst FXTM Lukman Otunuga mengatakan nuansa positif masih mewarnai ekonomi Indonesia setelah S&P menaikkan peringkat Indonesia.
"Dengan peringkat Indonesia menjadi investment grade maka prospek umum ekonomi Indonesia mulai terlihat menjanjikan sehingga direspons positif oleh pelaku pasar uang di dalam negeri yang akhirnya berdampak positif pada rupiah," katanya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa efek kenaikan peringkat Indonesia menjadi investment grade masih terasa sehingga ruang penguatan rupiah terhadap dolar AS cukup tersedia.
"Euforia sentimen itu cukup terasa di pasar surat utang negara (SUN) dan pasar valas domestik walaupun tidak berlebihan," katanya.
Di sisi lain, dia mengatakan, harga komoditas yang perlahan mulai pulih juga mendukung apresiasi rupiah.
Pelemahan dolar AS bisa berlanjut jika Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memangkas produksi minyaknya.
"Harga komoditas yang naik berkorelasi negatif pada dolar AS," katanya.
Harga minyak jenis WTI Crude pagi ini menguat 0,27 persen menjadi 51,61 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,30 persen menjadi 54,31 dolar AS per barel.
Kendati demikian, menurut Rangga, masih tingginya harapan pada kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (Fed Fund Rate) dapat membuat dolar AS kembali mengalami apresiasi. Notulensi pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang akan dirilis pada pekan ini juga menjadi perhatian pasar.
"Jika hasil FOMC hawkish terhadap kenaikan suku bunga AS maka dolar AS berpeluang menguat," katanya.
Sementara Research Analyst FXTM Lukman Otunuga mengatakan nuansa positif masih mewarnai ekonomi Indonesia setelah S&P menaikkan peringkat Indonesia.
"Dengan peringkat Indonesia menjadi investment grade maka prospek umum ekonomi Indonesia mulai terlihat menjanjikan sehingga direspons positif oleh pelaku pasar uang di dalam negeri yang akhirnya berdampak positif pada rupiah," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017
Tags: