Trump-Arab Saudi capai kesepakatan persenjataan 110 miliar dolar Amerika
21 Mei 2017 05:01 WIB
Dokumentasi Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan istrinya, Melania Trump, berdansa di pesta pelantikan "Salute to Our Armed Forces" dalam perayaan pelantikan presiden, di Washington, Amerika Serikat, Jumat (20/1/2017). (REUTERS/Rick Wilking)
Riyadh, Arab Saudi (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, membukukan kesepakatan persenjataan senilai 110 miliar dolar Amerika Serikat dengan Arab Saudi, Selasa, dalam kunjungan dia ke negara kerajaan itu.
Arab Saudi negara perdana yang dia kunjungi setelah menjadi presiden Amerika Serikat pada 20 Januari lalu.
Kesepakatan persenjataan, ditambah dengan investasi yang menurut Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson, bisa mencapai total senilai 350 miliar dolar, merupakan pencapaian utama pada hari pertama kunjungan Trump di Riyadh.
Ketika berbicara kepada para wartawan setelah upacara peresmian kesepakatan, Trump mengatakan, "Ini hari yang luar biasa".
Ia juga berbicara soal "ratusan miliar dolar investasi ke Amerika Serikat dan lapangan kerja, lapangan kerja, lapangan kerja. Jadi, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada rakyat Arab Saudi."
Raja Saudi, Salman bin Abdulaziz, menyambut Trump dengan sangat hangat.
Saat pesawat tiba, Raja menemui Trump di bawah tangga pesawat kepresidenan AS, Air Force One, menyalami istri Trump, Melania, masuk ke mobilnya bersama Trump dan kemudian menjalani sebagian besar hari itu bersama-sama Trump.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir, menyebut hasil pertemuan Trump dengan Raja Salman sebagai "awal dari titik kembali" antara Amerika Serikat, Arab Saudi, dan sekutu-sekutunya di Teluk.
Baik al-Jubeir maupun Tillerson menerangkan kesepakatan persenjataan itu --dibukukan pada hari Hassan Rouhani terpilih kembali sebagai presiden Iran-- ditujukan untuk mengimbangi Iran, yang juga menguasai teknologi nuklir.
Tillerson mengatakan Rouhani harus menggunakan periode kedua jabatannya sebagai presiden untuk mengakhiri uji coba peluru kendali balistik Iran serta berhenti mendorong paham garis keras di kawasan.
Tillerson mengatakan ia tidak berencana berbicara dengan menteri luar negeri Iran namun mengatakan kemungkinan akan berbicara "pada saat yang tepat."
Al-Jubeir mengatakan Trump dan Raja Salman sepakat bahwa tindakan harus diambil untuk memastikan bahwa Iran tidak melanjutkan "kebijakan agresif di kawasan."
Lawatan Trump ke luar negeri diumumkan Gedung Putih sebagai peluang mengunjungi tempat-tempat suci tiga agama utama dunia, Vatikan (Katolik), Israel (Yahudi), dan Arab Saudi (Islam), serta bertemu dengan para pemimpin Arab, Israel dan Eropa.
Arab Saudi negara perdana yang dia kunjungi setelah menjadi presiden Amerika Serikat pada 20 Januari lalu.
Kesepakatan persenjataan, ditambah dengan investasi yang menurut Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson, bisa mencapai total senilai 350 miliar dolar, merupakan pencapaian utama pada hari pertama kunjungan Trump di Riyadh.
Ketika berbicara kepada para wartawan setelah upacara peresmian kesepakatan, Trump mengatakan, "Ini hari yang luar biasa".
Ia juga berbicara soal "ratusan miliar dolar investasi ke Amerika Serikat dan lapangan kerja, lapangan kerja, lapangan kerja. Jadi, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada rakyat Arab Saudi."
Raja Saudi, Salman bin Abdulaziz, menyambut Trump dengan sangat hangat.
Saat pesawat tiba, Raja menemui Trump di bawah tangga pesawat kepresidenan AS, Air Force One, menyalami istri Trump, Melania, masuk ke mobilnya bersama Trump dan kemudian menjalani sebagian besar hari itu bersama-sama Trump.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir, menyebut hasil pertemuan Trump dengan Raja Salman sebagai "awal dari titik kembali" antara Amerika Serikat, Arab Saudi, dan sekutu-sekutunya di Teluk.
Baik al-Jubeir maupun Tillerson menerangkan kesepakatan persenjataan itu --dibukukan pada hari Hassan Rouhani terpilih kembali sebagai presiden Iran-- ditujukan untuk mengimbangi Iran, yang juga menguasai teknologi nuklir.
Tillerson mengatakan Rouhani harus menggunakan periode kedua jabatannya sebagai presiden untuk mengakhiri uji coba peluru kendali balistik Iran serta berhenti mendorong paham garis keras di kawasan.
Tillerson mengatakan ia tidak berencana berbicara dengan menteri luar negeri Iran namun mengatakan kemungkinan akan berbicara "pada saat yang tepat."
Al-Jubeir mengatakan Trump dan Raja Salman sepakat bahwa tindakan harus diambil untuk memastikan bahwa Iran tidak melanjutkan "kebijakan agresif di kawasan."
Lawatan Trump ke luar negeri diumumkan Gedung Putih sebagai peluang mengunjungi tempat-tempat suci tiga agama utama dunia, Vatikan (Katolik), Israel (Yahudi), dan Arab Saudi (Islam), serta bertemu dengan para pemimpin Arab, Israel dan Eropa.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017
Tags: