Dubai (ANTARA News) - Rakyat Iran memberikan suaranya untuk Pemilihan Presiden 2017, Jumat ini, dengan antre berdiri di bilik-bilik suara untuk memilih petahan Hassan Rouhani yang menginginkan hubungan normal dengan Barat, dan Ebrahem Raisi yang merupakan tokoh populis yang mendapatkan dukungan dari alim ulama.

"Semua orang harus memilih pada Pemilu yang penting ini. Nasib negara ini ditentukan oleh rakyat," kata Pemimpin Spiritual Ayatollah Ali Khamenei usai memberikan suara ketika TPS-TPS diantre rakyat di negara berpenduduk 80 juta orang ini.

"Saya akan memilih Rouhani. Saya suka kebijakannya meredakan ketegangan dengan dunia. Saya kira tidak dia bukan tokoh reformis tetapi siapa tahu. Yang penting dia bukan Raisi," kata PNS bernama Yousef Ghaemi (43) di Kota Kermanshah, via telepon.

Raisi (56) dan Rouhani (68) terlibat dalam debat sengit di televisi dengan saling mengeluarkan bantahan.

Stasiun televisi nasional Iran menayangkan antrean-antrean panjang di TPS-TPS di beberapa kota besar, sekaligus melaporkan bahwa 56 juta dari total 80 juta rakyat Iran memiliki hak suara.

"Dari Pengawal Revolusi sampai para khatib Salat Jumat, kelompok garis keras, kelompok kemapanan yang tidak dipilih, mendukung Raisi," kata seorang pejabat senior Iran kepada Reuters.

Pengawal Revolusi berharap kemenangan Raisi membuat mereka berpeluang merebut kembali kekuatan ekonomi dan politik yang hilang sejak 2015 ketika kesepakatan nuklir Iran membuat negara ini melepaskan diri dari isolasi internasional.

Kendati Khamenei dituntut netral, dia lebih memilih Raisi baik sebagai calon presiden maupun sebagai calon pengganti Rouhani.

Rouhani adalah pendukung utama normalisasi hubungan dengan Barat dan memiliki agenda-agenda ekonomi yang lebih liberal, sedangkan Raisi fokus mengunjungi daerah pedesaan dengan menjanjikan perumahan, lapangan kerja dan kesejahteraan untuk warga miskin.


Baca juga: (Hari ini Pilpres Iran, TPS-TPS dibuka)

Baca juga: (Rakyat Iran antusiastis salurkan suara untuk pilih presiden baru)