Kebun Raya Bogor 200 tahun, ini sejarahnya
18 Mei 2017 11:02 WIB
Presiden Kelima RI yang juga Ketua Yayasan Kebun Raya Indonesia Megawati Soekarnoputri (tengah) mendengarkan penjelasan Kepala Kebun Raya Bogor Didik Widyatmoko (kedua kiri) disaksikkan Wali Kota Bogor Bima Arya (kiri) saat mengunjungi pameran dan peringatan 200 Tahun Kebun Raya Bogor di Lapangan Astrid, Kebun Raya Bogor, Bogor, Jawa Barat, Kamis (18/5/2017).(ANTARA /Arif Firmansyah)
Bogor (ANTARA News) - Berawal dari taman belakang dari Kantor Gubernur Hindia Belanda (Buitenzorg), tahun 1817 taman tersebut bertransformasi menjadi Kebun Raya Bogor yang kini memasuki usia 200 tahun atau tepat dua abad.
"Berawal dari taman, kini Kebun Raya Bogor menjadi pusat perlindungan keanekaragaman hayati Indonesia yang sudah berkembang ke sejumlah wilayah di Indonesia," kata Roniati A Risna, Kasubag Kerjasama dan Informasi Kebun Raya Bogor-LIPI, di Bogor, Rabu.
Pada tanggal 15 April 1817 Prof C.G.C, Reinwardt seorang botanis berkebangsaan Jerman mengusulkan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia G.A.G.P. Baron van der Capellen untuk mendirikan Kebun Botani sebagai lokasi penelitian.
"Awalnya Kebun Raya Bogor dijadikan sebagai lokasi penelitian dan pengembangan tanaman bernilai ekonomi serta tanaman endemik Nusantara," kata Risna.
Usulan Reinwardt dipenuhi oleh Capellen dengan memberikan sebidang tanah di halaman belakang Kantor Gubernur Hindia Belanda yang ada di Bogor. Tanggal 18 Mei 1817 dilakukan pemancangan patok pertama yang dilaksanakan Reinwardt, dibantu oleh James Hooper dan W. Kent kurator Kebun Raya Kew dari Inggris.
"Tanggal tersebut menandai berdirinya Kebun Raya Bogor yang dilakukan oleh Dr Carl Ludwig Blume selaku direktur yang baru," kata Risna.
Langkah awal, Blume melakukan inventarisasi koleksi tumbuhan yang ada di kebun, menyusun katalog kebun yang pertama dan berhasil dicatat sebanyak 912 jenis (spesie) tumbuhan.
Seiring berjalannya waktu, Kebun Raya Bogor mengalami beberapa kali perubahan nama mulai dari Islands Plantentuin te Buitenzorg pada era Direktur Reinwardt 1817-1822 sampai Direktur Melchior Treub 1880-1910. Selanjutnya nama Kebun Raya menjadi Botanisch Tuin te Buitenzorg dimana H J Wigman 1893-1921 dan PMW Dakus 1921-1942 menjabat sebagai kepalanya.
"Pada masa Sudjana Kassan menjabat, nama Kebun Raya menjadi Hortus Botanicus Bogoriensis. Sudjana orang pribumi pertama yang menjabat kepala kebun raya," katanya.
Risna menyebutkan, saat ini Kebun Raya Bogor merupakan salah satu satuan kerja di bawah LIPI, bersama empat kebun raya lainnya yakni Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi, Kebun Raya "Eka Karya" Bali serta Cibinong Science Center - Botani Garden (CSC-BG).
"Kebun raya memiliki lima fungsi yakni sebagai pusat konservasi tumbuhan, penelitian, pendidikan lingkungan, wisata dan jasa lingkungan," kata Risna.
Puncak peringatan dua abad Kebun Raya Bogor dihadiri Presiden kelima RI Megawati Soekarno Putri selaku Ketua Yayasan Kebun Raya Indonesia. Didampingi Kepala Staf Kepresidenan RI, Teten Masduki yang mewakili Presiden Joko Widodo yang berhalangan hadir.
Hadir pula Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudi Antara, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, Kepala LIPI Prof Iskandar Zulkarnain, duta desa dari sejumlah negara seperti Jepang, Belanda, dan Jerman.
"Berawal dari taman, kini Kebun Raya Bogor menjadi pusat perlindungan keanekaragaman hayati Indonesia yang sudah berkembang ke sejumlah wilayah di Indonesia," kata Roniati A Risna, Kasubag Kerjasama dan Informasi Kebun Raya Bogor-LIPI, di Bogor, Rabu.
Pada tanggal 15 April 1817 Prof C.G.C, Reinwardt seorang botanis berkebangsaan Jerman mengusulkan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia G.A.G.P. Baron van der Capellen untuk mendirikan Kebun Botani sebagai lokasi penelitian.
"Awalnya Kebun Raya Bogor dijadikan sebagai lokasi penelitian dan pengembangan tanaman bernilai ekonomi serta tanaman endemik Nusantara," kata Risna.
Usulan Reinwardt dipenuhi oleh Capellen dengan memberikan sebidang tanah di halaman belakang Kantor Gubernur Hindia Belanda yang ada di Bogor. Tanggal 18 Mei 1817 dilakukan pemancangan patok pertama yang dilaksanakan Reinwardt, dibantu oleh James Hooper dan W. Kent kurator Kebun Raya Kew dari Inggris.
"Tanggal tersebut menandai berdirinya Kebun Raya Bogor yang dilakukan oleh Dr Carl Ludwig Blume selaku direktur yang baru," kata Risna.
Langkah awal, Blume melakukan inventarisasi koleksi tumbuhan yang ada di kebun, menyusun katalog kebun yang pertama dan berhasil dicatat sebanyak 912 jenis (spesie) tumbuhan.
Seiring berjalannya waktu, Kebun Raya Bogor mengalami beberapa kali perubahan nama mulai dari Islands Plantentuin te Buitenzorg pada era Direktur Reinwardt 1817-1822 sampai Direktur Melchior Treub 1880-1910. Selanjutnya nama Kebun Raya menjadi Botanisch Tuin te Buitenzorg dimana H J Wigman 1893-1921 dan PMW Dakus 1921-1942 menjabat sebagai kepalanya.
"Pada masa Sudjana Kassan menjabat, nama Kebun Raya menjadi Hortus Botanicus Bogoriensis. Sudjana orang pribumi pertama yang menjabat kepala kebun raya," katanya.
Risna menyebutkan, saat ini Kebun Raya Bogor merupakan salah satu satuan kerja di bawah LIPI, bersama empat kebun raya lainnya yakni Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi, Kebun Raya "Eka Karya" Bali serta Cibinong Science Center - Botani Garden (CSC-BG).
"Kebun raya memiliki lima fungsi yakni sebagai pusat konservasi tumbuhan, penelitian, pendidikan lingkungan, wisata dan jasa lingkungan," kata Risna.
Puncak peringatan dua abad Kebun Raya Bogor dihadiri Presiden kelima RI Megawati Soekarno Putri selaku Ketua Yayasan Kebun Raya Indonesia. Didampingi Kepala Staf Kepresidenan RI, Teten Masduki yang mewakili Presiden Joko Widodo yang berhalangan hadir.
Hadir pula Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudi Antara, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, Kepala LIPI Prof Iskandar Zulkarnain, duta desa dari sejumlah negara seperti Jepang, Belanda, dan Jerman.
Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: