London (ANTARA News) - Enam puluh peserta dari Indonesia Diaspora Network, Dharma Wanita Persatuan serta warga Belanda dan warga Indonesia yang bermukim di Belanda mengikuti kelas membatik di Aula Nusantara KBRI Den Haag pada 16 Mei.

Perwakilan dari Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Sebelas Maret (UNS) mengajari mereka membatik dalam lokakarya bertajuk Handmade Batik with Natural Coloring itu.

Sebelumnya UNS juga mengadakan workshop di Universitas Erasmus Rotterdam, kata sekretaris pertama Fungsi Penerangan Sosial dan Budaya KBRI Denhaag, Barbara Noira B. Solani.

Wakil Kepala Perwakilan KBRI Denhaag H.A. Ibnu Wiwoho Wahyu Utomo saat membuka lokakarya menyampaikan filosofi budaya batik menurut Ki Hadjar Dewantara yang meliputi tridaya: cipta, rasa, dan karsa.

Ia juga memaparkan sejarah batik dan perkembangannya, yang kini menjadi lebih praktikal, tidak hanya untuk pakaian namun juga untuk pembuatan perlengkapan rumah dan aksesoris fesyen.

Sementara Ratna Endah Santoso, pengajar dari UNS, menjelaskan pengertian, jenis, asal, sejarah dan proses pembuatan batik.

Dalam lokakarya itu, para peserta juga mempelajari cara membatik seperti nyorek, nyanting, mewarnai, lorod dan menjemur dengan bantuan mahasiswa UNS. Dan pada akhir kegiatan, semua peserta menampilkan kain batik rancangan mereka.