Gubernur ingatkan pahitnya dampak perpecahan
11 Mei 2017 20:04 WIB
ilustrasi: Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi (ketiga kanan) memberikan cenderamata kepada Duta Besar Perancis untuk Indonesia Jean Charles Berthonnet (kedua kanan) saat berkunjung di kantor Gubernur Sumut di Medan, Sumatera Utara, Senin (10/4/2017). (ANTARA /Septianda Perdana) ()
Medan (ANTARA News) - Gubernur Sumatera Utara Erry Nuradi mengingatkan kembali kepahitan yang dialami bangsa Indonesia yang mudah dijajah hingga 3,5 abad akibat terpecah belah.
Dalam perayaan Tri Suci Waisak di Vihara Sinar Buddha di Medan, Kamis, Gubernur mengatakan, perpecahan itu menghilangkan kebesaran Indonesia sebagai sebuah bangsa.
Karena itu, Indonesia bisa dijajah oleh Belanda, sebuah negara yang kategori kecil jika dibandingkan luas Nusantara.
"Pengalaman pahit dijajah akibat devide et impera harus menjadi pengalaman berharga," katanya.
Ia mengatakan, para pendiri bangsa menyadari Indonesia memiliki banyak perbedaan yang di satu sisi dapat menjadi potensi, namun di sisi lain bisa menjadi ancaman.
Karena itu, para pendiri bangsa menyiapkan sejumlah langkah untuk menjaga persatuan dan mencegah perpecahan.
Jika persatuan yang ada tidak dapat dijaga, dikhawatirkan Indonesia akan menjadi bangsa yang lemah karena terpecah-pecah.
"Perbedaan itu adalah potensi. Tapi kalau tidak dijaga dengan baik, Indonesia akan terkotak-kotak, bahkan menjadi negara kecil yang bisa dijajah kembali," katanya.
Gubernur mengharapkan rakyat Indonesia menyukuri, sekaligus menjaga persatuan yang selalu terjaga meski bangsa itu terdiri dari lebih 700 suku.
Jika perbedaan yang asa mampu dikelola dengan baik menjadi potensi nasional, Indonesia bisa menjadi negara maju dan diperhatikan di dunia internqsional.
"Sekarang saja kita sudah masuk dalam G-20 sebagai salah satu negara dengan perekonomian terbsar di dunia," ujar Gubernur.
(T.I023/E001)
Dalam perayaan Tri Suci Waisak di Vihara Sinar Buddha di Medan, Kamis, Gubernur mengatakan, perpecahan itu menghilangkan kebesaran Indonesia sebagai sebuah bangsa.
Karena itu, Indonesia bisa dijajah oleh Belanda, sebuah negara yang kategori kecil jika dibandingkan luas Nusantara.
"Pengalaman pahit dijajah akibat devide et impera harus menjadi pengalaman berharga," katanya.
Ia mengatakan, para pendiri bangsa menyadari Indonesia memiliki banyak perbedaan yang di satu sisi dapat menjadi potensi, namun di sisi lain bisa menjadi ancaman.
Karena itu, para pendiri bangsa menyiapkan sejumlah langkah untuk menjaga persatuan dan mencegah perpecahan.
Jika persatuan yang ada tidak dapat dijaga, dikhawatirkan Indonesia akan menjadi bangsa yang lemah karena terpecah-pecah.
"Perbedaan itu adalah potensi. Tapi kalau tidak dijaga dengan baik, Indonesia akan terkotak-kotak, bahkan menjadi negara kecil yang bisa dijajah kembali," katanya.
Gubernur mengharapkan rakyat Indonesia menyukuri, sekaligus menjaga persatuan yang selalu terjaga meski bangsa itu terdiri dari lebih 700 suku.
Jika perbedaan yang asa mampu dikelola dengan baik menjadi potensi nasional, Indonesia bisa menjadi negara maju dan diperhatikan di dunia internqsional.
"Sekarang saja kita sudah masuk dalam G-20 sebagai salah satu negara dengan perekonomian terbsar di dunia," ujar Gubernur.
(T.I023/E001)
Pewarta: Irwan Arfa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: