PT GMF kembangkan bisnis rekayasa suku cadang pesawat terbang
10 Mei 2017 14:22 WIB
Hanggar PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten. (ANTARA FOTO/Andika Wahyu)
Jakarta (ANTARA News) - PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia mengembangkan bisnis di bidang rekayasa suku cadang pesawat terbang, setelah selama ini berfokus pada bidang perawatan pesawat udara.
Direktur Line Operation PT GMF AeroAsia, Tzar Kurniawan, di sela-sela Indonesia Engineering Conference and Exhibition (IAECE), Jakarta, Rabu, mengatakan, mereka memiliki tenaga teknis andal untuk itu.
"Kami telah sekian lama menjalankan perawatan, tetapi pada kenyataanya banyak hal yang bisa kami lakukan di sini dengan sumber daya yang ada, kami bisa lakukan perbaikan-perbaikan kinerja komponen," katanya.
Dia katakan, BUMN itu telah mengantongi sertifikat Design Organization Approval dan Part Manufacturing Aprroval sebagai salah satu syarat untuk merancang dan membuat rekayasa suku cadang itu sendiri.
"Berangkat dari pengalaman praktik selama ini, kami mampu dengan tenaga teknisi kami memenuhi persyaratan yang ada, merancang dan membuat suku cadang alternatif pesawat," katanya.
Menurut dia, mengembangkan suku cadang sendiri akan lebih murah dengan kualitas yang lebih bagus, sehingga ketergunaan pesawat bisa lebih ditingkatkan karena tidak perlu menunggu pengiriman suku cadang apabila memesan ke perusahaan di negara lain.
"Biasanya akan lebih murah dan lebih andal disesuaikan dengan lingkungan kita," katanya.
Kurniawan menyebutkan harga suku cadang itu nanti bisa lebih murah 60-70 persen dari harga aslinya karena tidak memerlukan biaya pengiriman dan lebih cepat.
Mereka telah mengembangkan empat suku cadang pesawat udara dan tahun ini akan dikembangkan lagi menjadi 15 suku cadang.
BUMN itu, kata dia, sudah memiliki dua calon mitra, yaitu perusahaan dari Amerika Serikat yang akan mendistribusikan produk rekayasa suku cadang GMF secara luas.
Karena itu, Ia mengumpulkan seluruh pemangku kepentingan terkait, baik itu dari universitas maupun lembaga, seperti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, perusahaan perawatan pesawat terbang, baik dari dalam maupun luar negeri, terutama di bidang teknik pesawat.
"Kami ingin membangun jaringan terlebih dahulu, kalau dulu hanya perawatan pesawat, GMF tidak perlu mendesain sendiri. Ada BPPT, ada LAPAN, dan praktisi lain dan ini akan diaudit kesesuaiannya oleh Kementerian Perhubungan," katanya.
Dia menargetkan BUMN itu tidak akan bermain di pasar domestik, tetapi juga meluas ke pasar regional dan dunia. Pasalnya, porsi perawatan pesawat di dalam negeri masih sekitar 30 persen. "Target kami menjadi one billion company," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Sub Direktorat Rekayasa Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan, Suharyadi Partodiyono, mendukung langkah itu selama sesuai dengan peraturan berlaku.
Dia menilai perawatan pesawat sebagian besar masih dilakukan di luar negeri, karena itu perlu dikembangkan, ditambah PT GMF sudah mendapat sertifikat dari FAA, jadi maskapai asing bisa melakukan perawatan di hanggar itu.
Direktur Line Operation PT GMF AeroAsia, Tzar Kurniawan, di sela-sela Indonesia Engineering Conference and Exhibition (IAECE), Jakarta, Rabu, mengatakan, mereka memiliki tenaga teknis andal untuk itu.
"Kami telah sekian lama menjalankan perawatan, tetapi pada kenyataanya banyak hal yang bisa kami lakukan di sini dengan sumber daya yang ada, kami bisa lakukan perbaikan-perbaikan kinerja komponen," katanya.
Dia katakan, BUMN itu telah mengantongi sertifikat Design Organization Approval dan Part Manufacturing Aprroval sebagai salah satu syarat untuk merancang dan membuat rekayasa suku cadang itu sendiri.
"Berangkat dari pengalaman praktik selama ini, kami mampu dengan tenaga teknisi kami memenuhi persyaratan yang ada, merancang dan membuat suku cadang alternatif pesawat," katanya.
Menurut dia, mengembangkan suku cadang sendiri akan lebih murah dengan kualitas yang lebih bagus, sehingga ketergunaan pesawat bisa lebih ditingkatkan karena tidak perlu menunggu pengiriman suku cadang apabila memesan ke perusahaan di negara lain.
"Biasanya akan lebih murah dan lebih andal disesuaikan dengan lingkungan kita," katanya.
Kurniawan menyebutkan harga suku cadang itu nanti bisa lebih murah 60-70 persen dari harga aslinya karena tidak memerlukan biaya pengiriman dan lebih cepat.
Mereka telah mengembangkan empat suku cadang pesawat udara dan tahun ini akan dikembangkan lagi menjadi 15 suku cadang.
BUMN itu, kata dia, sudah memiliki dua calon mitra, yaitu perusahaan dari Amerika Serikat yang akan mendistribusikan produk rekayasa suku cadang GMF secara luas.
Karena itu, Ia mengumpulkan seluruh pemangku kepentingan terkait, baik itu dari universitas maupun lembaga, seperti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, perusahaan perawatan pesawat terbang, baik dari dalam maupun luar negeri, terutama di bidang teknik pesawat.
"Kami ingin membangun jaringan terlebih dahulu, kalau dulu hanya perawatan pesawat, GMF tidak perlu mendesain sendiri. Ada BPPT, ada LAPAN, dan praktisi lain dan ini akan diaudit kesesuaiannya oleh Kementerian Perhubungan," katanya.
Dia menargetkan BUMN itu tidak akan bermain di pasar domestik, tetapi juga meluas ke pasar regional dan dunia. Pasalnya, porsi perawatan pesawat di dalam negeri masih sekitar 30 persen. "Target kami menjadi one billion company," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Sub Direktorat Rekayasa Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan, Suharyadi Partodiyono, mendukung langkah itu selama sesuai dengan peraturan berlaku.
Dia menilai perawatan pesawat sebagian besar masih dilakukan di luar negeri, karena itu perlu dikembangkan, ditambah PT GMF sudah mendapat sertifikat dari FAA, jadi maskapai asing bisa melakukan perawatan di hanggar itu.
Pewarta: Juwita Rahayu
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017
Tags: