"Pressing" ketat jadi kunci Pelita Jaya jadi juara IBL 2017
8 Mei 2017 01:09 WIB
Pemain Pelita Jaya bersama official meluapkan kegembiraan usai mengalahkan Satria Muda dalam Final IBL 2017 game ketiga di Britama Arena, Jakarta, Minggu (7/5/2017). Pelita Jaya berhasil manang dalam game penentuan itu dengan skor 72-62 untuk memastikan gelar juara IBL 2017. (ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)
Jakarta (ANTARA News) - Pressing ketat sejak awal pertandingan menjadi salah satu kunci kemenangan Pelita Jaya atas Satria Muda sehingga menjadikan tim yang diasuh Johanis Winar ini menjadi juara Indonesia Basketball League (IBL) 2017.
"Sebenarnya ini pertaruhan. Selama ini kita tidak pernah melakukan pressing sejak awal. Latihan pun tidak pernah. Tapi kami harus memberikan surprise pada lawan. Hasilnya adalah sebuah kemenangan," kata pelatih Pelita Jaya, Johanis Winar di Britama Arena, Kelapa Gading, Jakarta, Minggu.
Pada pertandingan final dengan sistem best of three, Pelita Jaya mampu unggul 2-1 setelah menang dipertandingan pertama dan ketiga. Dipertandingan pertama di C-Tra Arena, Bandung, Pelita menang dengan skor 63-57 dan dipertandingan ketiga menang 72-62. Dipertandingan kedua kalah 63-83.
Pelatih yang akrab dipanggil Ahang itu menjelaskan, apa yang dilakukan pada pertandingan penentuan ini merupakan tindak lanjut dari evaluasi dari kekalahan dipertandingan final kedua.
Baca juga: (Satria Muda tunda kemenangan Pelita Jaya)
Saat itu Amin Prihantono dan kawan-kawan kalah cukup jauh yaitu selisih 20 poin.
"Kemarin memang bukan hari kita. Pada pertandingan tadi sebenarnya sempat kembali terjadi. Tapi saya langsung bicara pada pemain. Apa mau mengulangi kejadian kemarin? Ternyata semua pemain merespon dengan baik dan siap bermain dengan pressing tinggi. Terus terang, ini semua karena pemain," kata Ahang menjelaskan.
Selain pressing yang ketat sejak awal, Pelita Jaya juga memiliki pertahankan yang bagus. Hal tersebut dibuktikan dengan mampu meredam serangan agresif dari pemain-pemain muda Satria Muda. Disiplin selama bertanding juga menjadi nilai lebih.
"Tim yang sering melakukan pressing, belum tentu akan selalu dipressing juga. Itu kejadian pada pertandingan tadi. Kami akui Satria Muda cukup cerdik dan banyak memiliki solusi jika terjadi kebuntuan. Tapi untuk kali ini kami yang lebih beruntung," kata mantan pelatih Garuda Bandung itu.
Baca juga: (Tumbangkan SM, Pelita Jaya rebut gelar juara IBL 2017)
Pada pertandingan penentuan ini, pemain asing Pelita Jaya yaitu Kore White bisa dikatakan sebagai bintang karena mampu mengemas 25 poin. Begitu juga dengan pemain lincah Respati Ragil Pamungkas. Pemain dengan nomor punggung nol ini selain menjadi motor serangan juga mampu mengemas 13 poin.
Adhi Prasetyo Putra juga tidak ketinggalan. Pertandingan penentuan ini bisa dikatakan sebagai hari baiknya. Selain mampu mengemas 13 poin, pemain dengan nomor punggung 14 ini beberapa kali melakukan penyelamatan krusial sehingga mampu menjaga keunggulan timnya.
"Memang saatnya kita menang. Kami telah bersiap diri sejak lama. Teman-teman semuanya juga bermain dengan bagus. Terus terang, kemenangan ini sudah saya impikan. Semalam saja, saya sudah bermimpin jika Pelita Jaya menang," kata Adhi saat dikonfirmasi.
Kemenangan Pelita Jaya ini bisa dikatakan sebagai sejarah karena untuk pertama kalinya menjadi juara. Prestasi tertinggi yang diraih tim yang tahun ini menggunakan GOR C-Tra Arena Bandung sebagai markas ini adalah menjadi runner up sebanyak tiga kali.
"Sebenarnya ini pertaruhan. Selama ini kita tidak pernah melakukan pressing sejak awal. Latihan pun tidak pernah. Tapi kami harus memberikan surprise pada lawan. Hasilnya adalah sebuah kemenangan," kata pelatih Pelita Jaya, Johanis Winar di Britama Arena, Kelapa Gading, Jakarta, Minggu.
Pada pertandingan final dengan sistem best of three, Pelita Jaya mampu unggul 2-1 setelah menang dipertandingan pertama dan ketiga. Dipertandingan pertama di C-Tra Arena, Bandung, Pelita menang dengan skor 63-57 dan dipertandingan ketiga menang 72-62. Dipertandingan kedua kalah 63-83.
Pelatih yang akrab dipanggil Ahang itu menjelaskan, apa yang dilakukan pada pertandingan penentuan ini merupakan tindak lanjut dari evaluasi dari kekalahan dipertandingan final kedua.
Baca juga: (Satria Muda tunda kemenangan Pelita Jaya)
Saat itu Amin Prihantono dan kawan-kawan kalah cukup jauh yaitu selisih 20 poin.
"Kemarin memang bukan hari kita. Pada pertandingan tadi sebenarnya sempat kembali terjadi. Tapi saya langsung bicara pada pemain. Apa mau mengulangi kejadian kemarin? Ternyata semua pemain merespon dengan baik dan siap bermain dengan pressing tinggi. Terus terang, ini semua karena pemain," kata Ahang menjelaskan.
Selain pressing yang ketat sejak awal, Pelita Jaya juga memiliki pertahankan yang bagus. Hal tersebut dibuktikan dengan mampu meredam serangan agresif dari pemain-pemain muda Satria Muda. Disiplin selama bertanding juga menjadi nilai lebih.
"Tim yang sering melakukan pressing, belum tentu akan selalu dipressing juga. Itu kejadian pada pertandingan tadi. Kami akui Satria Muda cukup cerdik dan banyak memiliki solusi jika terjadi kebuntuan. Tapi untuk kali ini kami yang lebih beruntung," kata mantan pelatih Garuda Bandung itu.
Baca juga: (Tumbangkan SM, Pelita Jaya rebut gelar juara IBL 2017)
Pada pertandingan penentuan ini, pemain asing Pelita Jaya yaitu Kore White bisa dikatakan sebagai bintang karena mampu mengemas 25 poin. Begitu juga dengan pemain lincah Respati Ragil Pamungkas. Pemain dengan nomor punggung nol ini selain menjadi motor serangan juga mampu mengemas 13 poin.
Adhi Prasetyo Putra juga tidak ketinggalan. Pertandingan penentuan ini bisa dikatakan sebagai hari baiknya. Selain mampu mengemas 13 poin, pemain dengan nomor punggung 14 ini beberapa kali melakukan penyelamatan krusial sehingga mampu menjaga keunggulan timnya.
"Memang saatnya kita menang. Kami telah bersiap diri sejak lama. Teman-teman semuanya juga bermain dengan bagus. Terus terang, kemenangan ini sudah saya impikan. Semalam saja, saya sudah bermimpin jika Pelita Jaya menang," kata Adhi saat dikonfirmasi.
Kemenangan Pelita Jaya ini bisa dikatakan sebagai sejarah karena untuk pertama kalinya menjadi juara. Prestasi tertinggi yang diraih tim yang tahun ini menggunakan GOR C-Tra Arena Bandung sebagai markas ini adalah menjadi runner up sebanyak tiga kali.
Pewarta: Bayu Kuncahyo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: