Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia mengharapkan realisasi belanja pemerintah meningkat pada triwulan II 2017, sehingga dapat memberikan efek berlipat pada keseluruhan kegiatan ekonomi domestik.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Jakarta, Jumat, menilai pertumbuhan pengeluaran konsumsi pemerintah secara tahunan pada triwulan I 2017 belum optimal, baru 2,71 persen (year on year/yoy).

"Tapi pengeluaran pemerintah yang tumbuh 2,71 persen (yoy) kalau dibandingkan triwulan IV tahun lalu itu kan, yang hanya tumbuh negatif karena adanya disiplin anggaran. Jadi sekarang sebenarnya bisa lebih baik. Di triwulan II dan III kami harapkan bisa lebih baik," kata Mirza.

Mirza berharap pencairan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 bisa lebih cepat. Pencairan anggaran pemerintah merupakan stimulus atau insentif yang dapat mengencangkan pergerakan ekonomi di berbagai sisi, termasuk mempercepat pergerakan bisnis swasta dan perbankan.

Hampir setiap tahun pencairan anggaran pemerintah terkendala pada triwulan I, dan baru lancar terealisasi pada triwulan II hingga triwulan IV.

Mirza berharap kontribusi belanja pemerintah dapat menjaga laju pertumbuhan ekonomi, yang ditargetkan berada di rentang 5 sampai 5,4 persen tahun ini.

Di triwulan I 2017 ini, komponen pengeluaran terbesar untuk pertumbuhan ekonomi disumbang konsumsi Lembaga Non-Profit Rumah Tangga (LNPRT), yang tumbuh 8,02 persen (yoy), dan ekspor yang tumbuh 8,04 persen (yoy).

Sementara impor tumbuh 5,02 persen (yoy), Pembentukkan Modal Tetap Bruto tumbuh 4,81 persen (yoy), konsumsi pemerintah tumbuh 2,71 persen (yoy) dan Konsumsi Rumah Tangga tumbuh 4,93 persen (yoy).

Mirza menilai kontribusi ekspor, yang tumbuh paling besar, menunjukkan bahwa pemulihan ekspor terus berjalan.


Baca juga: (BI perkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 5,2 persen tahun ini)