Rupiah turun tipis
5 Mei 2017 10:48 WIB
Petugas memeriksa tumpukan uang sebelum diedarkan ke sejumlah ATM di Cash Center Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (27/4/2016).(ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Jumat pagi turun dua poin menjadi Rp13.330 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan melemahnya harga komoditas di pasar global menjadi salah satu faktor yang menahan pergerakan rupiah di area positif.
"Harga minyak anjlok menyusul potensi persediaan minyak global yang bertambah," kata Rangga Cipta.
Harga minyak jenis WTI Crude pagi ini turun 0,33 persen menjadi 45,37 dolar AS per barel, dan Brent Crude turun 0,29 persen menjadi 48,24 dolar AS per barel.
Rangga mengatakan para pelaku pasar hari ini juga menunggu data produk domestik bruto (PDB) kuartal pertama 2017, yang diharapkan naik ke level 4,97 persen dari 4,94 persen pada periode sebelumnya.
"Rupiah akan berpeluang menguat merespons perekonomian Indonesia yang membaik," katanya.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan pemberitaan mengenai membaiknya kondisi sektor industri manufaktur dalam negeri yang memberi kontribusi sebesar 25 persen terhadap ekonomi nasional juga akan menopang pergerakan rupiah ke depannya.
Di sisi lain, lanjut Reza, pengumuman Bank Sentral AS atau The Federal Reserve yang mempertahankan suku bunga acuannya akan turut membuat fluktuasi mata uang di kawasan Asia menjadi stabil, membuka peluang apresiasi rupiah.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan melemahnya harga komoditas di pasar global menjadi salah satu faktor yang menahan pergerakan rupiah di area positif.
"Harga minyak anjlok menyusul potensi persediaan minyak global yang bertambah," kata Rangga Cipta.
Harga minyak jenis WTI Crude pagi ini turun 0,33 persen menjadi 45,37 dolar AS per barel, dan Brent Crude turun 0,29 persen menjadi 48,24 dolar AS per barel.
Rangga mengatakan para pelaku pasar hari ini juga menunggu data produk domestik bruto (PDB) kuartal pertama 2017, yang diharapkan naik ke level 4,97 persen dari 4,94 persen pada periode sebelumnya.
"Rupiah akan berpeluang menguat merespons perekonomian Indonesia yang membaik," katanya.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan pemberitaan mengenai membaiknya kondisi sektor industri manufaktur dalam negeri yang memberi kontribusi sebesar 25 persen terhadap ekonomi nasional juga akan menopang pergerakan rupiah ke depannya.
Di sisi lain, lanjut Reza, pengumuman Bank Sentral AS atau The Federal Reserve yang mempertahankan suku bunga acuannya akan turut membuat fluktuasi mata uang di kawasan Asia menjadi stabil, membuka peluang apresiasi rupiah.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017
Tags: