UNHCR catat 1.150 pencari suaka di Riau
4 Mei 2017 19:39 WIB
Ilustrasi - Sejumlah pengungsi asal Afghanistan dan Sudan yang mencari suaka terpaksa tidur di pinggir jalan di depan Kantor Imigrasi Kota Pekanbaru, Riau, Kamis (4/5/2017). (ANTARA FOTO/FB Anggoro)
Pekanbaru (ANTARA News) - Komisariat Tinggi Perserikatan Bangsa Bangsa Urusan Pengungsi (UNHCR) melaporkan jumlah pengungsi yang berasal dari berbagai negara konflik di Provinsi Riau pada 2017 berjumlah 1.150 orang.
"Di Riau kira-kira ada 1.150 orang imigran yang berasal dari berbagai negara seperti Afghanistan, Sudan, Somalia dan beberapa negara lainnya," kata Senior Protection Officer UNHCR Jakarta Jeff Savage kepada Antara di Pekanbaru, Kamis.
Secara nasional, menurut Jeff terdapat lebih dari 14.500 pencari suaka. Mereka semua terdata berasal dari 47 negara berbeda.
Jeff menjelaskan keberadaan mereka di Riau dan Indonesia secara umum untuk mencari perlindungan akibat konflik di negara asalnya. Setiap tahun, jumlah mereka semakin meningkat sehingga menimbulkan kekhawatiran dapat mengusik kehidupan masyarakat setempat.
Dia mengatakan UNHCR mencoba untuk berkomunikasi dengan pemerintah setempat, dalam hal ini Pemerintah Kota Pekanbaru, untuk bersama melindungi para pencari suaka tersebut.
"Terus terang kami beberapa kali mendengar keresahan ini. Ini disebut takut karena tidak kenal. Masyarakat tidak tahu mereka siapa. Untuk itu kami bekerja sama dengan pemerintah termasuk imigrasi dan lainnya," jelasnya.
Ia mengatakan sejauh ini para pencari suaka yang tinggal di Indonesia cukup patuh terhadap peraturan yang ditetapkan pemerintah.
"Mereka hanya butuh tempat untuk hidup dari situasi yang mengerikan di negara asalnya," tuturnya.
Penjabat Wali Kota Pekanbaru Edwar Sanger menyambut baik niat UNHCR untuk bekerja sama dengan pemerintah dalam hal melindungi pengungsi.
"Kami siap untuk membantu mereka. Namun, harus sesuai regulasi yang berlaku di negara kita," jelasnya.
Edwar meminta kepada UNHCR dan lembaga terkait lainnya untuk terus mengawasi keberadaan imigran secara maksimal.
Keberadaan imigran pencari suaka mulai marak di Pekanbaru dan beberapa wilayah lainnya di Provinsi Riau sejak 2015. Jumlah mereka terus bertambah dan semakin mudah dijumpai di berbagai sudut kota.
(T.KR-AGR/S024)
"Di Riau kira-kira ada 1.150 orang imigran yang berasal dari berbagai negara seperti Afghanistan, Sudan, Somalia dan beberapa negara lainnya," kata Senior Protection Officer UNHCR Jakarta Jeff Savage kepada Antara di Pekanbaru, Kamis.
Secara nasional, menurut Jeff terdapat lebih dari 14.500 pencari suaka. Mereka semua terdata berasal dari 47 negara berbeda.
Jeff menjelaskan keberadaan mereka di Riau dan Indonesia secara umum untuk mencari perlindungan akibat konflik di negara asalnya. Setiap tahun, jumlah mereka semakin meningkat sehingga menimbulkan kekhawatiran dapat mengusik kehidupan masyarakat setempat.
Dia mengatakan UNHCR mencoba untuk berkomunikasi dengan pemerintah setempat, dalam hal ini Pemerintah Kota Pekanbaru, untuk bersama melindungi para pencari suaka tersebut.
"Terus terang kami beberapa kali mendengar keresahan ini. Ini disebut takut karena tidak kenal. Masyarakat tidak tahu mereka siapa. Untuk itu kami bekerja sama dengan pemerintah termasuk imigrasi dan lainnya," jelasnya.
Ia mengatakan sejauh ini para pencari suaka yang tinggal di Indonesia cukup patuh terhadap peraturan yang ditetapkan pemerintah.
"Mereka hanya butuh tempat untuk hidup dari situasi yang mengerikan di negara asalnya," tuturnya.
Penjabat Wali Kota Pekanbaru Edwar Sanger menyambut baik niat UNHCR untuk bekerja sama dengan pemerintah dalam hal melindungi pengungsi.
"Kami siap untuk membantu mereka. Namun, harus sesuai regulasi yang berlaku di negara kita," jelasnya.
Edwar meminta kepada UNHCR dan lembaga terkait lainnya untuk terus mengawasi keberadaan imigran secara maksimal.
Keberadaan imigran pencari suaka mulai marak di Pekanbaru dan beberapa wilayah lainnya di Provinsi Riau sejak 2015. Jumlah mereka terus bertambah dan semakin mudah dijumpai di berbagai sudut kota.
(T.KR-AGR/S024)
Pewarta: Anggi Romadhoni
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: